
Konsumen RI Belum Pede, Kurs Dolar Singapura Naik Terus

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura mampu mempertahankan posisi di level terkuat dalam 6 bulan terakhir melawan rupiah pada perdagangan Jumat (9/4/2021). Data ekonomi dari Indonesia belum bagus membuat rupiah tertekan.
Pada pukul 11:23 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.844,09, dolar Singapura menguat tipis 0,08% di pasar spot, melansir data Refintiv. Kemarin Mata Uang Negeri Merlion ini menguat 0,33%.
Bank Indonesia hari ini merilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menunjukkan perbaikan.
Pada Maret 2021, BI mengumumkan IKK berada di 93,4. Meningkat dibandingkan dengan 85,8 dan 84,9 pada Februari dan Januari 2021.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Di atasnya berarti optimistis, sementara di bawahnya berarti pesimistis.
Artinya, IKK di bulan Maret memang sudah membaik tetapi konsumen cenderung masih pesimistis atau belum pede memandang perekonomian saat ini hingga enam bulan mendatang.
"Perbaikan keyakinan konsumen pada Maret 2021 didorong oleh membaiknya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan dan persepsi terhadap kondisi ekonomi saat ini. Responden menyampaikan bahwa perbaikan ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan ditopang oleh membaiknya ekspektasi terhadap ketersediaan lapangan kerja, ekspansi kegiatan usaha, dan penghasilan pada 6 bulan yang akan datang," sebut keterangan tertulis BI, Jumat (9/4/2021).
Selain itu, lanjut keterangan BI, persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini terpantau membaik. Ini didorong perbaikan persepsi terhadap ketersediaan lapangan kerja, penghasilan, dan pembelian barang tahan lama.
Sementara pada Rabu lalu, BI melaporkan cadangan devisa per akhir Maret sebesar US$ 137,1 miliar, turun US$ 1,7 miliar dari bulan Februari.
"Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2021 tercatat sebesar 137,1 miliar dolar AS, tetap tinggi meskipun menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir Februari 2021 sebesar 138,8 miliar dolar AS," tulis BI dalam rilisnya, Rabu (7/4/2021).
Menurut BI, penurunan cadangan devisa utama terjadi karena pembayaran utang luar negeri pemerintah yang jauh tempo.
Selain pembayaran utang jatuh tempo, rupiah yang mengalami tekanan di bulan Maret lalu kemungkinan besar juga menggerus cadangan devisa. Pelemahan rupiah tentunya membuat kebutuhan penggunaan cadangan devisa untuk melakukan intervensi cukup besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!
