Sri Lanka Blokir Sawit, China Borong, Harga CPO Terbang!

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
09 April 2021 11:25
Ilustrasi Kelapa Sawit (CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara)
Foto: Ilustrasi Kelapa Sawit (CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) melonjak lebih dari 1% pada perdagangan hari ini, Jumat (9/4/2021). Kenaikan harga dipicu oleh prospek penguatan permintaan di tengah ketatnya suplai. 

Harga kontrak berjangka minyak sawit mentah Malaysia pengiriman Juni di Bursa Malaysia Derivatif Exchange naik 1,4% dan kembali ke RM 3.800/ton. Pada 10.50 WIB harga CPO berada di RM 3.844/ton. 

"China pada hari Kamis membeli 150.000 ton minyak sawit refined, deodorised, bleached (RBD) untuk pengiriman Juni-Juli mulai akhir Mei, oleh karena itu memicu terjadinya volatilitas harga," Marcello Cultrera, manajer penjualan institusional dan broker di Phillip Futures di Kuala Kata Lumpur.

Volume tender yang besar untuk minyak sawit mentah juga mendorong kenaikan harga, tambahnya.

Saat ini trader tengah menunggu laporan pasokan dan permintaan kedelai bulanan Departemen Pertanian AS yang akan dirilis hari ini waktu setempat, dan laporan Dewan Minyak Sawit Malaysia akan dirilis hari Senin, dengan ekspektasi bahwa pasokan untuk kedua minyak nabati akan tetap terbatas.

Sebenarnya minyak sawit sedang mendapat sentimen negatif. Sri Lanka memutuskan untuk memblokir impor minyak sawit dan pembukaan lahan baru untuk perkebunan kelapa sawit.

Sri Lanka sendiri mengimpor sekitar 200.000 ton minyak sawit setiap tahun, terutama dari Indonesia dan Malaysia. Jika dibandingkan dengan total ekspor kedua negara tersebut pangsa pasar Sri Lanka tergolong kecil sehingga tidak terlalu berdampak pada harga.

Mengacu pada data UN Comtrade ekspor minyak sawit dan turunannya baik yang diproses (refined) maupun tidak mencapai US$ 37 juta pada 2019.

Di tahun yang sama Indonesia memasok sekitar 42% dari total impor Sri Lanka yang hanya US$ 87,2 juta. Sementara total ekspor RI untuk komoditas dengan kode HS 1511 dua tahun silam mencapai US$ 14,7 miliar. Artinya pangsa ekspor Sri Lanka hanya 0,25%. Melihat angkanya jelas sangatlah kecil.

Indonesia lebih banyak mengekspor komoditas ini ke India dan China. Pada periode 2017-2019 RI mengekspor produk minyak sawit ke India rata-rata sebesar US$ 2,25 miliar sampai US$ 4,9 miliar.

Di saat yang sama RI mengekspor minyak sawit ke China sebesar US$ 2 miliar -US$ 2,5 miliar. Dari data ini saja jelas terlihat bahwa pangsa ekspor ke Sri Lanka tidak ada apa-apanya dibandingkan ke India dan China.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hore! Harga CPO Sudah di Atas RM 3.300/ton, Siap ke RM 3.500?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular