
Semoga Tak Terjadi! Ada Risiko Rupiah Lesu 8 Pekan Beruntun

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah akhirnya melemah 0,28% melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis kemarin setelah membukukan penguatan 3 hari beruntun. Mata Uang Garuda kini malah terancam mencatat pelemahan 8 pekan beruntun.
Sebelumnya, pada periode Senin hingga Rabu rupiah menguat tipis-tipis saja 0,07%. Sehingga jika hari ini, Jumat (9/4/2021), gagal menguat maka rupiah akan memperpanjang tren tidak pernah menguat secara mingguan.
Pelemahan rupiah kemarin terjadi akibat ekspektasi kenaikan suku bunga di AS. Bank sentral AS (The Fed) dalam rilis notula rapat kebijakan moneter edisi Maret sekali lagi menunjukkan sikap tidak akan menaikkan suku bunga setidaknya hingga 2023. Hal tersebut tercermin dari perangkat FedWatch milik CME Group yang menunjukkan pelaku pasar melihat ada probabilitas sebesar 10,4% The Fed akan menaikkan suku bunga menjadi 0,5% pada bulan Desember 2021.
Meski probabilitas tersebut kecil, tetapi mengalami kenaikan nyaris 2 kali lipat dibandingkan sepekan lalu 5,4%.
Rupiah memiliki peluang bangkit pada perdagangan hari ini, Jumat (9/4/2021), melihat indeks dolar AS yang melemah 0,43% ke 92,059 pada perdagangan Kamis kemarin. Level tersebut merupakan yang terendah dalam 2 pekan terakhir. Tidak hanya indeks dolar AS, yield obligasi (Treasury) juga mengalami penurunan yang memberikan peluang bagi penguatan rupiah.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini berada di atas Rp 14.500/US$, sehingga tekanan pelemahan lebih besar.
Rupiah berada di atas rerata pergerakan (moving average) MA 200 hari, sebelumnya juga sudah melewati MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye). Artinya rupiah kini bergerak di atas 3 MA sehingga tekanan menjadi semakin besar.
Meski demikian, Kamis (1/4/2021) rupiah membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah, artinya USD/IDR berpotensi bergerak turun dengan kata lain rupiah berpeluang menguat. Meski rupiah kemarin melemah cukup signifikan, tetapi masih berada di bawah ekor (tail) pola Shooting Star di Rp 14.590/US$.
Potensi penguatan rupiah diperbesar dengan indikator stochastic bergerak turun dari wilayah jenuh beli (overbought).
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Rp 14.500/US$ kini menjadi support terdekat, selama tertahan atasnya rupiah berisiko melemah ke Rp 14.590 hingga 14.600/US$. Jika level tersebut juga dilewati, rupiah berisiko melemah lebih tajam, dan membukukan pelemahan 8 pekan beruntun.
Sementara jika mampu menembus ke bawah Rp 14.500/US$, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.470 - 14.450/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'
