RBA Tahan Suku Bunga 0,1%, Kurs Dolar Australia Keok

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 April 2021 14:11
An Australia Dollar note is seen in this illustration photo June 1, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) memutuskan mempertahankan suku bunga acuannya di rekor terendah sepanjang masa siang ini, Selasa (6/4/2021), dan belum ada indikasi akan dinaikkan dalam waktu dekat. Alhasil nilai tukar dolar Australia melemah melawan rupiah.

Pada pukul 13:35 WIB, AU$ 1 setara Rp 11.089,6, dolar Australia melemah tipis 0,08% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelumnya Mata Uang Kanguru sempat melemah 0,35% di Rp 11.059,82/AU$.

Meski data ekonomi dari Australia belakangan ini menunjukkan pemulihan, tetapi RBA memutuskan mempertahankan suku bunga 0,1%. Suku bunga berada di rekor terendah sepanjang masa tersebut sejak November 2020 lalu.

Belum ada perubahan panduan kebijakan dibandingkan sebelumnya. RBA baru akan menaikkan suku bunganya ketika inflasi berada di rentang 2% hingga 3%. Level tersebut diperkirakan baru akan dicapai pada tahun 2024.

Sikap RBA tersebut sudah diprediksi oleh banyak analis maupun pasar, sehingga tidak berdampak signifikan terhadap pergerakan dolar Australia.

"Pasar kemungkinan memperkirakan RBA akan bersikap sangat dovish dalam rapat kebijakan moneter kali ini, dan sangat kecil kemungkinannya akan ada sinyal hawkish dalam waktu dekat. Meski demikian, kami memperkirakan penekanan suku bunga rendah yang akan ditahan dalam waktu lama akan memberikan dampak negatif ke dolar Australia," tulis ING dalam analisisnya, Kamis (1/4/2021).

Sementara itu dari dalam negeri, membaiknya sentimen pelaku pasar global membuat rupiah bertenaga. Selain itu, pelaku pasar juga menanti data cadangan devisa yang akan dirilis Bank Indonesia (BI) Rabu besok.

Jika cadangan devisa kembali meningkat, artinya Bank Indonesia (BI) punya lebih banyak amunisi untuk menstabilkan rupiah saat terjadi gejolak.

Selain itu, peningkatan cadangan devisa juga berarti BI tidak banyak melakukan intervensi belakangan ini, saat nilai tukar rupiah terus melemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular