Rupiah Tunggu Cadev, Dolar Singapura Naik ke Rp 10.815/SG$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 April 2021 11:32
Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat melawan rupiah pada perdagangan Selasa (6/4/2021), jelang rilis data cadangan devisa Indonesia.

Pada pukul 10:48 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.815,75/SG$, dolar Singapura naik tipis 0,03% di pasar spot melansir data Refinitiv.

Cadangan devisa (cadev) Indonesia bulan Maret akan dirilis Rabu besok. Posisi cadangan devisa pada akhir Februari sebesar US$ 138,8 miliar, naik US$ 800 juta dibandingkan dengan posisi akhir Januari lalu.

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 10,5 bulan impor atau 10,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," sebut keterangan tertulis BI, Jumat (5/3/2021). 

Posisi cadev di bulan Februari lalu merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah, mematahkan rekor sebelumnya US$ 138 miliar yang dicapai pada bulan Januari lalu. Artinya dalam 2 bulan pertama tahun ini, cadev Indonesia terus mencetak rekor tertinggi.

Peningkatan cadev berarti BI punya lebih banyak amunisi untuk menstabilkan rupiah saat mengalami gejolak, sehingga akan direspon positif oleh pasar.

Sementara itu dari Singapura, data-data yang dirilis sejak awal pekan kemarin kurang bagus. Aktivitas manufaktur yang tercermin dari purchasing managers' index (PMI) bulan Maret turun menjadi 53,5 dari bulan sebelumnya 54,9. PMI manufaktur di bulan Februari tersebut merupakan yang tertinggi dalam 32 bulan terakhir.

Penurunan PMI tersebut menunjukkan masih adanya ketidakpastian ekonomi global dalam jangka panjang setelah dilanda pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19).

Selain itu, kemarin data dari Singapura menunjukkan penjualan ritel turun 1,7% month-on-month (MoM) di bulan Februari. Sementara jika dilihat dari Februari 2020 atau secara year-on-year (YoY), naik 5,2%. Kenaikan tersebut menjadi yang pertama dalam 24 bulan terakhir, tetapi kenaikan tersebut terjadi akibat low base effect, serta peningkatan belanja saat Hari Raya Imlek.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular