
Cek! Beberapa Mata Uang Ini 'Keok' Dibantai Habis oleh Rupiah

Berdasarkan data Revinitif yang dihimpun oleh Tim Riset CNBC Indonesia, 14 mata uang negara Asia dan Eropa yang menjadi mitra dagang utama Indonesia bergerak variatif dengan persentaseĀ penguatan dan pelemahan yang sama besar.
Tujuh mata uang melemah terhadap rupiah, dipimpin oleh yen Jepang yang anjlok 3,56% sepanjang kuartal I-2021. Sebaliknya, tujuh mata uang lain menguat melawan Mata Uang Garuda, dipimpin oleh poundsterling Inggris yang menguat 4,22% terhadap rupiah.
Penguatan rupiah terhadap mata uang Jepang menguntungkan para investor yang melakukan strategi carry trade, yakni meminjam dana dari perbankan Jepang yang suku bunga acuannya rendah, lalu memakainya untuk membeli rupiah yang suku bunganya tinggi.
Saat ini, selisih (spread) imbal hasil antara obligasi kedua negara mencapai 6,7%. Penguatan rupiah sebagai mata uang target memberi ekstra pengembalian (return) sebesar 3,56% bagi pelaku carry trade ketika berinvestasi rupiah sepanjang kuartal I dan menukarkannya kembali ke yen.
Negara-negara lain juga masih dibayangi risiko kontraksi ekonomi, terutama negara Eropa yang dalam 2 pekan terakhir mencatatkan kenaikan kasus Covid-19 yang berujung pada gelombang ketiga penyebaran virus, sehingga memicu beberapa negara memberlakukan pembatasan aktivitas masyarakat (lockdown) seperti Prancis dan Inggris.
Meski demikian, rupiah justru melemah paling parah terhadap poundsterling (sebesar 4,22%), yang mengindikasikan bahwa trader di pasar uang cenderung memilih mengambil posisi jual (short) terhadap Mata Uang Garuda sepanjang kuartal I-2021 dan mengambil posisi beli (long) terhadap sterling.
Kondisi ini tidak terlepas dari dinamika di pasar surat utang di mana investor global secara umum memang sedang memilih melepas SBN kita, terlihat dari kepemilikan asing yang surut menjadi 22,9% per akhir Maret, dilibas oleh Bank Indonesia (BI) yang kepemilikannya naik menjadi 23%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)[Gambas:Video CNBC]