
Ada yang Bilang Emas Sudah Jenuh Jual, Saatnya Serok?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia di arena pasar spot naik 1% pada penutupan perdagangan kemarin. Harga si logam kuning itu kini dibanderol di US$ 1.730 per troy ons.
Sepanjang kuartal pertama tahun ini, kinerja harga emas memang tak memuaskan. Tren kenaikan yield surat utang pemerintah AS dan greenback menjadi faktor utama yang menekan kinerja emas.
Yield yang akhir tahun lalu masih di bawah 1% kini sudah tembus lebih dari 1,6%. Sementara itu indeks dolar yang mencerminkan posisi greenback terhadap mata uang lain juga tembus ke level 93.
Emas merupakan aset yang tak berimbal hasil. Kenaikan yield dan dolar AS akan membuat biaya peluang memegang emas menjadi meningkat. Alhasil emas kurang menarik dan cenderung dilepas oleh investor. Inilah yang membuat harga emas drop 10% sepanjang tiga bulan pertama tahun ini.
Sebelum libur Paskah, harga emas berhasil menguat karena indeks dolar melandai. Begitu juga dengan yield yang turun dan kini kembali ke 1,68% setelah sebelumnya tembus 1,75%.
Bayangkan saja yield untuk surat utang AS yang terkenal minim risiko lebih tinggi dibanding yield dari dividen S&P 500 yang hanya 1,5% sementara saham cenderung lebih berisiko dibanding aset pendapatan tetap.
Kenaikan yield ini juga yang menyebabkan harga saham berguguran. Namun kemarin indeks S&P 500 ditutup melompat 1% lebih akibat penurunan yield. Emas yang selama ini tertekan dinilai sudah berada di level jenuh jual (oversold).
Analis meyakini bahwa harga emas berpeluang menguat. Namun sebelum melesat harga emas harus melampaui level psikologis terdekatnya terlebih dahulu di US$ 1.750/troy ons.
Bagaimanapun juga harga emas masih mendapat ancaman. Prospek perekonomian yang lebih baik akan membuat harga emas tertekan. Presiden AS ke-46 Joe Biden kemarin mengumumkan rencananya untuk menggelontorkan anggaran senilai US$ 2,3 triliun untuk pembangunan infrastruktur.
Anggaran sebesar US$ 621 miliar untuk infrastruktur rencananya akan digunakan untuk membangun kembali jalan, jembatan, angkutan umum serta stasiun pengisian kendaraan listrik. Proposal tersebut juga akan mengalokasikan US$ 111 miliar untuk mengganti pipa air timbal dan meningkatkan saluran pembuangan.
Menurut perkiraan ekonom Associated Press, hal itu bisa mendorong pertumbuhan di atas 6% tahun ini. Jika Presiden Biden mampu memberlakukan rencana infrastrukturnya dan para ekonom benar bahwa hal itu akan mendorong pertumbuhan di atas 6% tentu akan terus menekan harga emas.
Maklum emas diburu ketika kondisi ekonomi sedang sulit seperti saat resesi tahun lalu. Namun ketika ekonomi sedang moncer, investor cenderung berburu aset-aset berisiko dan meninggalkan emas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 4 Vaksin Beri Harapan, Harga Emas pun Jatuh Terkapar