Ya Ampun! Ada Saham LQ45 Drop 26%, tapi Ada Cuan 31% di Q1

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
01 April 2021 15:35
Laba PTPP Diprediksi Turun 38% (CNBC Indonesia TV)
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Berbeda nasib dengan saham JPFA, TBIG dkk di atas, saham emiten konstruksi pelat merah PTPP malah 'terjun bebas' dalam kuartal I tahun ini. Saham perusahaan yang sudah berdiri sejak 1953 ini anjlok dalam 26,54% selama 3 bulan ini.

Penurunan harga saham PTPP ini melebihi anjloknya saham emiten 'halo-halo' EXCL yang ambrol 23,44%.

Saham PTPP cenderung bergerak 'menuruni bukit' sepanjang kuartal I 2021. Setelah mencapai level tertinggi di Rp 2.230/saham pada 15 Januari 2021, saham ini mencapai titik terendah pada Rabu (31/3), yakni di posisi Rp 1.370.

Kinerja keuangan PTPP pun kurang menggembirakan. Sepanjang tahun lalu, PTPP membukukan penurunan laba bersih yang tajam hingga 84,28% secara tahunan (year on year/YoY).

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan, akhir tahun lalu laba bersih perusahaan tercatat sebesar Rp 128,75 miliar, jatuh dari posisi akhir 2019 yang senilai Rp 819,46 miliar.

Turunnya laba bersih ini disebabkan karena pendapatan perusahaan juga mengalami kontraksi 32,84% YoY menjadi sebesar Rp 15,83 triliun. Nilai ini turun dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 23,57 triliun.

Kabar terbaru, sekitar dua pekan lalu, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat surat utang PTPP.

Surat utang tersebut adalah Obligasi Berkelanjutan II tahun 2018 dan tahun 2019 yang peringkatnya diturunkan menjadi idA dari idA+.

Tidak hanya itu, Pefindo juga menurunkan peringkat Obligasi Perpetual (obligasi bunga abadi) Tahap I PTPP sebesar Rp 150 miliar menjadi idBBB+ dari sebelumnya idA-.

Sejalan dengan penurunan peringkat tersebut, Pefindo juga merevisi prospek peringkat perusahaan menjadi stabil dari sebelumnya negatif.

Asal tahu saja, indeks LQ45 adalah indeks pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdiri dari 45 perusahaan yang memenuhi kriteria tertentu di antaranya termasuk dalam 60 perusahaan teratas dengan kapitalisasi pasar tertinggi dalam 12 bulan terakhir, nilai transaksi tertinggi di pasar reguler dalam 12 bulan terakhir.

Selain itu, emiten tersebut telah tercatat di BEI selama minimal 3 bulan, memiliki kondisi keuangan, prospek pertumbuhan, dan nilai transaksi yang tinggi, serta mengalami penambahan bobot free float (saham publik) menjadi 100% yang sebelumnya hanya 60% dalam porsi penilaian. Indeks LQ45 dihitung setiap 6 bulan oleh Divisi Riset BEI.

(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular