'Cuaca' Bersahabat, Rupiah Siap Lepas Landas?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 April 2021 09:25
Uang Rupiah/CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Kuartal I-2021 telah usai, sehingga tekanan terhadap rupiah pun berakhir, setidaknya dari dalam negeri.

Pada Kamis (1/4/2021), US$ 1 dibanderol Rp 14.520 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya atau stagnan.

Namun beberapa menit kemudian rupiah masuk zona hijau. Pada pukul 09:13 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.510 di mana rupiah menguat tipis 0,07%.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan depresiasi 0,35% di hadapan dolar AS. Sepanjang Maret 2021, rupiah terdepresiasi 1,89%. Memulai bulan di posisi Rp 14. 250/US$, rupiah finis di Rp 14.520/US$.

Hari ini, sepertinya tekanan terhadap rupiah sudah reda. Satu, kuartal I sudah berakhir sehingga kebutuhan valas korporasi kembali normal.

Jelang akhir kuartal, biasanya kebutuhan valas korporasi sangat tinggi karena ada kewajiban pembayaran dividen, utang jatuh tempo, dan sebagainya. Ini yang membuat rupiah biasanya melemah pada bulan terakhir suatu kuartal.

Dua, pagi ini IHS Markit membawa kabar gembira. Aktivitas manufaktur Indonesia meningkat tajam pada Maret 2021. Bahkan peningkatannya hingga mencapai posisi tertinggi sepanjang sejarah.

Aktivitas manufaktur, dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI), berada di 53,2 pada Mare 2021. Naik cukup tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,9 sekaligus menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah pencatatan PMI oleh IHS Markit yaitu sejak April 2011.

"Perbaikan yang menembus rekor ini didorong oleh pertumbuhan pesanan baru (new orders) dan produksi (output), keduanya mencapai angka tertinggi sejak survei dilakukan Produksi meningkat lima bulan beruntun karena dorongan permintaan baru," sebut keterangan tertulis IHS Markit, Kamis (1/4/2021).

Dengan tingginya permintaan dan produksi, perusahaan meningkatkan pemesanan bahan baku. Para responden optimistis bahwa peningkatan produksi akan bertahan lama (sustainable) setidaknya sampai tahun depan.

Ada kabar baik lagi. Peningkatan produksi membuat kapasitas mulai kembali normal sehingga dunia usaha menghentikan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau merumahkan karyawan. Ini menjadi yang pertama dalam 12 bulan terakhir.

"Sektor manufaktur Indonesia mengakhiri kuartal I-2021 dengan rekor tertinggi, di mana perusahaan menggenjot produksi sebagai respons atas peningkatan permintaan. Hasil positif ini memberi harapan bahwa sektor manufaktur akan menjalani tren kenaikan. Dengan kapasitas produksi yang terus bertambah, pasar tenaga kerja mulai stabil dan jika beban kerja terus bertambah maka kita akan melihat pertumbuhan penyerapan tenaga kerja," papar Andrew Harker, Economics Director di IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Halaman Selanjutnya --> 'Cuaca' di Luar Bersabahat

Sementara di sisi eksternal, 'cuaca' juga sedang bersahabat. Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York ditutup menguat dan ini mencerminkan investor sedang berkenan mengoleksi aset-aset berisiko.

Investor bersemangat karena Presiden AS Joseph 'Joe' Biden berencana menggelontorkan dana senilai US$ 3-4 triliun untuk pembangunan infrastukur, baru maupun perbaikan. Akan tetapi, kemungkinan program ini akan didanai dengan kenaikan tarif pajak.

"Bapak Presiden punya rencana untuk memperbaiki infrastruktur di negeri ini. Beliau punya cara untuk membiayainya," ujar Jen Psaki, Juru Bicara Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters,

Sedangkan untuk rilis data, ADP merilis angka penciptaan lapangan kerja di Negeri Stars and Stripes periode Maret 2021. Angka resmi dari US Bureau of Labor Statistics akan keluar pada akhir pekan ini.

Dari versi ADP, perekonomian AS menciptakan 517.000 lapangan kerja pada bulan lalu. Jauh lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 176.000 dan merupakan rekor tertinggi sejak September 2020.

"Perusahaan mulai kembali merekrut karyawan. Ekonomi kita 'mengaum'," tegas Chris Low, Kepala Ekonom FHN Financial yang berbasis di New York, sepert dikutip dari Reuters.

Sentimen eksternal positif, faktor dalam negeri pun suportif. So, sepertinya rupiah hari ini bakal nyaman melenggang di jalu hijau.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular