
Saham Raksasa Batu Bara Ikut Tumbang, Saat IHSG Terguncang

Jakarta, CNBC Indonesia - Rombongan saham emiten batu bara ambruk bersamaan pada perdagangan pagi ini. Pelemahan saham-saham tersebut dibayangi oleh sejumlah aksi jual bersih (net sell) oleh investor asing.
Berikut pergerakan sejumlah saham emiten batu bara pagi ini, pukul 10.30 WIB.
Harum Energy (HRUM), saham -3,08%, ke Rp 4.870, net sell Rp 1,31 M
Delta Dunia Makmur (DOID), -2,48%, ke Rp 394, net buy Rp 757,80 Juta
Indika Energy (INDY), -2,36%, ke Rp 1.445, net sell Rp 184,35 juta
Indo Tambangraya Megah (ITMG), -1,05%, ke Rp 11.725, net sell Rp 891,66 juta
Adaro Energy (ADRO), -0,85%, ke Rp 1.165, net sell Rp 1,30 M
Bukit Asam (PTBA), -0,38%, ke Rp 2.620, net sell Rp 3,47 M
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham emiten milik pengusaha Kiki Barki HRUM menjadi yang teranjlok di antara yang lainnya, yakni 3,08% ke Rp 4.870/saham. Melemahnya saham HRUM diwarnai oleh jual bersih asing sebesar Rp 1,31 miliar.
Dengan pelemahan ini, saham HRUM sudah ambles dua hari beruntun. Alhasil, dalam sepekan saham ini sudah merosot 2,21%, sementara dalam sebulan sudah ambles 20,81%.
Adapun lima saham lainnya, dari DOID hingga PTBA tercatat sudah tersungkur di zona merah dalam tiga hari beruntun.
Saham DOID terpelanting 2,48% ke Rp 394/saham dengan nilai transaksi sebesar 32 miliar. Pelemahan ini semakin membuat saham DOID terbenam di zona merah dalam sepekan, yakni sebesar 11,31%.
Sebelumnya, pada bulan lalu, pemegang obligasi DOID menyetujui rencana amandemen obligasi yang diterbitkan perseroan sebesar US$ 350 juta atau setara dengan Rp 4,90 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.000 per dolar AS.
Obligasi itu diterbitkan oleh anak usaha perseroan, PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA). Tingkat bunga yang ditawarkan dalam Senior Notes tersebut sebesar 7,75% per tahun.
Nilai pokok penerbitan ini diamandemen dari proses tender sebelumnya pada 22 Januari 2021 dengan emisi sebesar US$ 400 juta dengan tingkat bunga sebesar 7,75% per tahun. Amandemen ini dipastikan akan mendapat lampu hijau setelah suara mayoritas pemegang obligasi menyetujui rencana tersebut.
Di tempat ketiga ada saham INDY yang terjatuh 2,36% ke Rp 1.445/saham. Penurunan sama INDY berbarengan dengan aksi jual bersih asing sebesar Rp 184,35 juta.
Kabar terbaru, Indika Energy baru saja mendirikan perusahaan patungan bersama perusahaan tenaga surya asal India, Fourth Partner Energy (4PEL).
Dacara "Mining Forum: Prospek Industri Minerba 2021 CNBC Indonesia", Rabu (24/03), Dirut INDY Arsjad Rasjid mengungkapkan, perusahaan patungan ini diberi nama PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS).
Perusahaan tercatat mengeluarkan investasi sebesar US$ 500 juta atau setara dengan Rp 7,25 triliun (kurs Rp 14.500/US$).
Selain soal pendirian perusahaan tersebut, Arsjad juga membahas mengenai, potensi green energy di Indonesia yang masih sangat besar. Apalagi, katanya, ditambah dengan target pemerintah secara nasional yang mencapai 23% hingga 2025.
Sebagai informasi, seiring memasuki kontrak baru, harga batu bara termal berjangka ICE Newcastle mulai membaik. Harga si batu legam ini ditutup menguat 0,57% ke US$ 88,8/ton.
Harga kontrak si batu hitam yang aktif ditransaksikan di bursa berjangka ambles 7,44% ke US$ 88,3/ton di akhir periode kontrak. Untuk pertama kalinya sejak 18 Maret 2021, harga si batu legam berada di bawah US$ 90/ton.
Sebelumnya reli harga batu bara memang cenderung signifikan. Harga sempat menyentuh level tertingginya di US$ 98,4/ton. Setelah itu harga turun dan sempat berdiam di US$ 95/ton selama tiga hari jelang kontraknya berakhir.
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Impor Batu Bara RI, Saham Batu Bara Meledak