
Melemah Terus, Masa Iya Rupiah Mau ke Rp 14.700/US$?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah 0,21% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.470/US$ pada perdagangan Selasa kemarin. Sentimen pelaku pasar yang kurang bagus lagi-lagi memberikan tekanan bagi rupiah.
Memburuknya sentimen pelaku pasar terjadi akibat Archegos Capital, perusahaan aset manajemen, yang terkena margin call. Archegos tidak mampu menyediakan tambahan jaminan saat broker memintanya.
Ada kekhawatiran situasi di Archegos bakal berdampak sistemik. Nomura dan Credit Suisse disebut-sebut sebagai kreditur Archegos dalam perdagangan di pasar derivatif, sehingga dua bank kelas 'paus' itu tentu akan kena getahnya.
Alhasil, pelaku pasar melepas aset-aset berisko dan memilih aset aman seperti dolar AS.
"Dolar AS menguat karena peningkatan permintaan terhadap aset aman. Investor takut dan mencoba menghindar dari efek domino Archegos," ujar Karl Schamotta, Chief Market Strategist di Cambridge Global Payments yang berbasis di Toronto (Kanada), seperti diwartakan Reuters.
Sentimen pelaku pasar yang masih belum bagus pada perdagangan hari ini, Rabu (31/3/2021), berisiko kembali menekan rupiah. Meski ada kabar bagus juga dari China, sektor manufakturnya meningkatkan laju ekspansi, yang memberikan gambaran pemulihan ekonomi berkelanjutan.
Secara teknikal, rupiah kini berada di atas rerata pergerakan (moving average) MA 200 hari, sebelumnya juga sudah melewati MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye). Artinya rupiah kini bergerak di atas tiga MA sehingga tekanan menjadi semakin besar.
Meski demikian, Selasa (9/3/2021) rupiah yang disimbolkan USD/IDR membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah, artinya USD/IDR berpotensi bergerak turun dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.
Rupiah meski belakangan terus melemah setelah muncul pola Shooting Star tersebut, tetapi masih belum melewati ekor (tail) pola tersebut di kisaran Rp 14.470/US$, dan saat ini persis berada di level tersebut.
Potensi penguatan rupiah diperbesar oleh indikator stochastic mulai masuk wilayah jenuh beli (overbought).
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Area Rp 14.470/US$ merupakan resisten terdekat, jika berhasil dilewati rupiah berisiko melemah ke Rp 14.500/US$. Tekanan bagi rupiah akan semakin besar jika level tersebut dilewati, bahkan tidak menutup kemungkinan menuju Rp 14.700/US$ dalam beberapa pekan ke depan.
Sementara jika bertahan di bawah resisten, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.420 hingga Rp 14.400/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'
