Dolar AS Terlalu Kuat Buat Mata Uang Asia, Termasuk Rupiah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 March 2021 15:43
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (29/3/2021) melanjutkan kinerja negatif dalam beberapa pekan terakhir. Tetapi tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga melemah.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.410/US$. Setelahnya rupiah langsung melemah hingga 0,24% ke Rp 14.445/US$.
Rupiah mampu sedikit memangkas pelemahan menjadi 0,21% di Rp 14.440/US$ di penutupan perdagangan.

Meski pelemahan cukup besar, tetapi rupiah tidak termasuk 3 besar mata uang Asia terburuk hari ini. Hingga pukul 15:06 WIB, ada baht Thailand, won Korea Selatan, dan yuan China yang lebih buruk.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Dolar AS masih terlalu kuat bagi mata uang utama Asia, padahal indeks dolar AS sempat melemah pada hari ini, begitu juga dengan yield obligasi (Treasury) AS.

Penurunan yield tidak lepas dari sejumlah data ekonomi AS yang kurang oke. Paling anyar, inflasi AS (yang dicerminkan oleh Personal Consumption Expenditure/PCE inti) pada Februari 2021 ada di 1,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year). Melambat dibandingkan laju Januari 2021 yang sebesar 1,5%.

Secara bulanan (month-to-month) laju PCE inti juga melambat. Pada Februari 2021, angkanya adalah 0,1% dibandingkan 0,2% pada bulan sebelumnya.

Ini menandakan bahwa permintaan di Negeri Adikuasa belum pulih betul.

"Kami memang memperkirakan inflasi akan naik tahun ini, Namun tidak besar dan berkelanjutan," tegas Jerome 'Jay' Powell, Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed), dalam Rapat Kerja bersama Kongres, pekan lalu.

Oleh karena itu, kemungkinan besar The Fed tidak akan melonggarkan kebijakan moneter dalam waktu dekat. Suku bunga acuan akan tetap bertahan rendah mendekati 0%, dan gelontoran likuiditas melalui quantitative easing sebesar US$ 120 miliar/bulan terus berjalan.

Meski dalam kondisi tersebut, dolar AS masih cukup perkasa bagi mata uang utama Asia. Sebab, pelaku pasar sedang memihak dolar AS.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Pelaku Pasar Ambil Posisi Long Dolar AS.

Keberpihakan pelaku pasar terhadap dolar AS tercermin dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters.

Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

Survei terbaru yang dirilis Kamis (25/3/2021) pekan lalu menunjukkan angka positif di semua mata uang utama Asia. Artinya, pelaku pasar mengambil posisi beli dolar AS terhadap 9 mata uang utama Asia.

Pelaku pasar sudah mengambil posisi jual terhadap rupiah sejak 11 Maret, dan semakin besar dalam survei terbaru dimana angkanya 0,45 dari 2 pekan lalu 0,22.

Pada survei yang dirilis 11 Maret lalu, selain rupiah, pelaku pasar juga mengambil posisi jual terhadap dolar Singapura, won Korea Selatan, peso Filipina dan baht Thailand. Sementara untuk rupee India, dolar Taiwan, dan yuan China pelaku pasar masih mengambil posisi beli.

Tetapi di survei terbaru, pelaku pasar mengambil posisi jual di semua mata uang tersebut, dan ini menjadi yang pertama kalinya dalam satu tahun terakhir.

Survei ini terbilang cukup mencerminkan pergerakan rupiah sejak tahun lalu. Kala pelaku pasar mengambil posisi jual rupiah melemah, tetapi ketika mengambil posisi beli rupiah cenderung menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular