
Saham IPO 'Digoreng' & ARA, Awas Tergoda Jebakan Batman

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten yang bergerak di bisnis perhotelan, PT Sunter Lakeside Hotel Tbk (SNLK) resmi mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia hari ini, Senin (29/3/2021).
Perseroan menjadi emiten ke-10 yang mencatatkan sahamnya di bursa pada tahun ini dengan melepas sebanyak 150 juta saham baru atau sebesar 33,33% dari seluruh total modal disetor penuh setelah IPO.
Saham baru tersebut ditawarkan dengan harga penawaran sebesar Rp 150 per saham sehingga jumlah keseluruhan dana IPO yang terkumpul sebesar Rp 22,5 miliar.
Tercatat pada perdagangan hari ini saham SNLK berhasil terbang ke level ARA (Auto Reject Atas, kenaikan 35% dalam sehari) tepatnya naik 34,67% ke level Rp 202/unit.
Ini agak aneh, pasalnya bisnis perhotelan berdarah-darah akibat pandemi Covid-19 sehingga hotel harus mencari pendanaan eksternal seperti dari pasar modal. Namun saham SNLK malah melesat kencang saat ditransaksikan pertama kali.
Fenomena saham IPO yang melesat kencang ketika pertama kali melantai memang bukan hal baru di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penjatahan saham IPO yang tidak merata antara pooling yang biasanya diakses oleh investor ritel dan fixed yang biasanya hanya bisa diakses oleh investor kakap menjadi penyebab.
Perlu diketahui aturan bursa biasanya mensyaratkan penjatahan pooling minimal 1% sehingga underwriter bisa menjatahkan 99% saham beredar di pasar ke investor kakap.
Setelah menguasai 99% saham beredar maka selanjutnya saham mudah digerakkan naik oleh sang investor kakap dengan cara melakukan pembelian di harga ARA pada hari perdana melantai.
Karena hampir seluruh barang dikuasai investor kakap maka aksi cornering alias aksi goreng saham ini sangat mudah dilakukan sehingga tidak heran apabila saham IPO bisa ARA 3 hingga 4 kali beruntun.
Investor ritel yang melihat saham terus naik tentu saja menjadi tertarik untuk membeli dengan harapan saham akan naik terus, akan tetapi ketika membeli tidak ada barang tersedia di pasar sehingga terpaksa mengantri.
Akan tetapi investor ritel perlu mengingat bahwa investor kakap ini menaikkan saham tersebut tentu saja memiliki tujuan, salah satu tujuanya adalah agar saham ini mudah didistribusikan ke investor ritel.
Apabila kenaikan sudah dirasa cukup oleh sang investor kakap, maka penjualan besar-besaran akan dilakukan. Investor ritel yang tadinya mengantri akan mendapatkan barang dan harga saham akan ambruk.
Setelah ARA berkali-kali tak heran apabila saham IPO selanjutnya akan ARB berjilid-jilid dan investor ritel yang mengantri saham ini akan menerima kerugian parah.
Lihat saja saham PT Ulima Nitra Tbk (UNIQ) yang setelah diterbangkan selama dua hari, selanjutnya dibanting hingga 8 hari beruntun yang menyebabkan harga sahamnya anjlok dari Rp 195/unit menjadi Rp 112/unit atau depresiasi 42,56%.
Maka dari itu hendaknya investor tetap bijak dalam bertransaksi saham dan tidak serampangan dalam berinvestasi jika tidak mau menerima kerugian parah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500