
Penasaran Kenapa IHSG Ambruk 4 Hari Beruntun? Masuk Sini Gan!

Jakarta, CNBC Indonesia - Sudah 4 hari beruntun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambruk parah tanpa ada perlawanan. IHSG terkoreksi sejak perdagangan awal pekan Senin (22/3/21).
Data BEI mencatat, hanya dalam 4 hari perdagangan IHSG ambruk dari level 6.356,16 ke level 6.122,87 atau koreksi 3,68% sebanyak 234 indeks poin
Minat investor bertransaksi selama 4 hari ini juga tergolong kecil dengan nilai transaksi sebesar Rp 42,4 triliun atau rata-rata Rp 10,6 triliun per hari selain itu terpantau investor asing juga menjual bersih Rp 853 miliar di pasar reguler selama empat hari atau rata-rata penjualan Rp 213 miliar per hari.
Ambruknya IHSG terjadi setelah sentimen negatif datang secara silih berganti pekan ini.
Pertama, kembali tegangnya tensi antara China dengan Amerika Serikat serta sekutu-sekutunya.
Sebelumnya dikabarkan AS, Uni Eropa, Inggris, dan Kanada memberlakukan sanksi kepada pejabat pemerintah China yang dituding terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis minoritas di Xinjiang.
"Di tengah kecaman internasional, (China) terus melakukan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Xinjiang," tegas Antony Blinken, Menteri Luar Negeri AS, dalam keterangan tertulis bersama.
"Sudah banyak bukti yang menunjukkan adanya pelanggaran hak asasi manusia secara sistemik oleh otoritas China," tambah pernyataan Kementerian Luar Negeri Kanada.
Uni Eropa menjatuhkan sanksi kepada empat orang pejabat pemerintahan China dan satu institusi. Sanksi yang dikenakan adalah larangan masuk dan pembekuan aset.
China tentu tidak terima. Beijing langsung membalas dengan memberlakukan sanksi kepada sejumlah anggota parlemen Uni Eropa, Komite Politik dan Keamanan Uni Eropa, serta dua institusi lainnya.
"Sanksi terhadap kami didasari atas dusta dan tidak dapat diterima," tegas Wang Yi, Menteri Luar Negeri China, seperti dikutip dari Reuters.
Tegangnya kembali tensi antara Sino-AS tentu saja menjadi sentimen buruk apalagi jika tensi tersebut kembali merembet ke perang dagang antara kedua negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
Selanjutnya investor sedang mencermati perkembangan pandemi virus corona, utamanya di Eropa. Sepertinya prospek ekonomi Benua Biru tidak akan secerah perkiraan sebelumnya.
Phillip Lane, Kepala Ekonom Bank Sentral Uni Eropa (ECB), mengungkapkan bahwa ekonomi Eropa tahun ini diperkirakan tumbuh 4%. Ini sudah memasukkan faktorlockdown.
Namun Lane memperingatkan bahwa kuartal II-2021 sepertinya bakal lumayan berat. "Sekarang kita akan segera masuk ke kuartal II, yang sepertinya akan terasa lama," ujarnya kepada CNBC International.
Well, pada awal tahun banyak yang menyatakan bahwa 2021 akan menjadi tahun kebangkitan, tahun yang gilang-gemilang. Namun ternyata situasinya seperti ini. Pandemi yang katanya mulai bisa terkendali karena vaksinasi ternyata masih menghantui.
Apalagi Eropa yang sempat 'adem', kini kembali dibuat kalang-kabut oleh lonjakan kasus baru. WHO mencatat, jumlah pasien positif corona di Benua Biru per 23 Maret 2021 adalah 42.870.334 orang. Bertambah 162.860 orang dari hari sebelumnya.
Selama dua pekan terakhir, rata-rata tambahan pasien baru adalah 198.751 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yakni 162.341 orang per hari.
Oleh karena itu, Eropa kini dinilai sudah terpukul oleh gelombang serangan ketiga (third wave outbreak) virus corona. Gelombang yang membuat sejumlah negara kembali memperketat pembatasan sosial (social distancing).
Mulai akhir pekan lalu, Prancis memberlakukan karantina wilayah (lockdown) di tujuh wilayah, termasuk ibu kota Paris. Lockdownakan berlaku selama sebulan. Selain itu, berlaku jam malam secara nasional yaitu pada pukul 19:00.
Di Jerman, Kanselir Angela Merkel memutuskan untuk memperpanjanglockdownhingga 18 April 2021. Warga Negeri Panser diminta untuk tetap di rumah selama libur Hari Paskah.
"Kita sedang menghadapi serangan pandemi gelombang baru. Virus mutasi Inggris menjadi dominan," kata Merkel, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500