
Hore! Saham Batu Bara Ngegas Lagi, INDY-DOID Jadi Jawara

Jakarta, CNBC Indonesia - Setidaknya ada lima saham emiten batu bara menguat di zona hijau pada awal perdagangan hari ini, Kamis (25/3/2021).
Berikut gerak saham saham batu bara pagi ini, pukul 10.04 WIB.
Indika Energy (INDY), saham +2,19%, ke Rp 1.630, transaksi Rp 28 M
Delta Dunia Makmur (DOID), +1,81%, ke Rp 450, transaksi Rp 62 M
Borneo Olah Sarana Sukses (BOSS), +0,88%, ke Rp 115, transaksi Rp 415 juta
Adaro Energy (ADRO), +0,41%, ke Rp 1.230, transaksi Rp 36 M
Indo Tambangraya Megah (ITMG), +0,21%, ke Rp 12.100, transaksi Rp 13 M
Bayan Resources (BYAN), =0,00%, ke Rp 12.475, transaksi Rp -
Harum Energy (HRUM), -0,20%, ke Rp 4.970, transaksi Rp 3 M
Bukit Asam (PTBA), -1,46%, ke Rp 2.700, transaksi Rp 36 M
Bumi Resources (BUMI), -4,41%, ke Rp 65, transaksi Rp 21 M
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), lima saham tercatat mencuat, yakni INDY, DOID, BOSS, ADRO dan ITMG.
Adapun saham BYAN masih belum bergerak, sementara saham HRUM, PTBA dan BUMI terbenam di zona merah.
Saham emiten INDY menjadi yang mencatatkan penguatan tertinggi dibandingkan saham lainnya, yakni 2,19% ke RP 1.630/saham. Saham perusahaan yang berdiri pada 2000 silam ini mencatatkan nilai transaksi Rp 28 miliar.
Dengan penguatan ini, saham INDY sudah melesat 6,17% dalam sepekan, sementara dalam sembulan sudah melejit 12,37%. Tidak hanya itu, secara year to date, saham emiten yang melantai pada 2008 ini sudah melonjak 88,44%.
Naiknya saham INDY hari ini seiring adanya 'bocoran' dari Direktur Utama (Dirut) Arsjad Rasjid INDY mengenai sejumlah rencana bisnis perusahaan pada tahun ini.
Dalam acara "Mining Forum: Prospek Industri Minerba 2021 CNBC Indonesia", Rabu (24/03), Dirut INDY Arsjad Rasjid mengungkapkan, Indika Energy baru saja mendirikan perusahaan patungan bersama perusahaan tenaga surya asal India, Fourth Partner Energy (4PEL).
Perusahaan patungan ini diberi nama PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS).
Perusahaan tercatat mengeluarkan investasi sebesar US$ 500 juta atau setara dengan Rp 7,25 triliun (kurs Rp 14.500/US$).
Pada kesempatan yang sama, salah satu topik yang dibahas adalah terkait hilirisasi batu bara. Menurutnya, hilirisasi tak melulu soal keuntungan.
Adapun lebih jauh, kata Arsjad, harus dilihat bagaimana nilai tambah dari batu bara tersebut. Contohnya, di masa depan akan lebih banyak penggunaan kompor listrik dan lebih lanjut beralih ke mobil listrik.
Selain itu, Arsjad juga membahas mengenai, potensi green energy di Indonesia yang masih sangat besar. Apalagi, katanya, ditambah dengan target pemerintah secara nasional yang mencapai 23% hingga 2025.
Di tempat kedua, saham emiten yang terafiliasi dengan Grup Northstar, DOID, juga melaju di zona hijau dengan kenaikan 1,81% ke Rp 450/saham. Nilai transaksi saham DOID sebesar Rp 62 miliar.
Dalam sepekan saham INDY sudah menguat 8,70%, sedangkan dalam sebulan sudah melesat 43,31%. Adapun secara YTD saham emiten yang melantai pada 2001 ini sudah 'terbang 131,96%.
Sebelumnya, pada bulan lalu, pemegang obligasi DOID menyetujui rencana amandemen obligasi yang diterbitkan perseroan sebesar US$ 350 juta atau setara dengan Rp 4,90 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.000 per dolar AS.
Obligasi itu diterbitkan oleh anak usaha perseroan, PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA). Tingkat bunga yang ditawarkan dalam Senior Notes tersebut sebesar 7,75% per tahun.
Nilai pokok penerbitan ini diamandemen dari proses tender sebelumnya pada 22 Januari 2021 dengan emisi sebesar US$ 400 juta dengan tingkat bunga sebesar 7,75% per tahun. Amandemen ini dipastikan akan mendapat lampu hijau setelah suara mayoritas pemegang obligasi menyetujui rencana tersebut.
Sebagai informasi, pada penutupan perdagangan kemarin (24/3/2021), harga kontrak futures batu bara termal ICE Newcastle menguat 0,85% ke US$ 95,4/ton.
Di minggu ini, harga kontrak batu bara yang aktif ditransaksikan di bursa berjangka tersebut sempat menyentuh level US$ 98,4/ton yang merupakan level tertinggi dalam dua tahun terakhir.
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Produksi Batu Bara PTBA H1 2021 13 Juta Ton, Naik 10,6%