Heboh Sejak Perang Dingin, Ini Kegunaan Logam Tanah Jarang

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
24 March 2021 16:45
Rare earth element atau yang juga dikenal dengan sebutan logam tanah jarang (LTJ) . (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Rare earth element atau yang juga dikenal dengan sebutan logam tanah jarang (LTJ) . (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama dua puluh tahun terakhir, terjadi ledakan permintaan terhadap logam tanah jarang (LTJ). Penyebabnya, logam ini mulai banyak digunakan sebagai salah satu komponen untuk banyak produk.

Jika diingat-ingat, dua puluh tahun lalu sangat sedikit orang yang memiliki telepon genggam, tapi lihat sekarang, lebih dari 5 miliar orang di dunia memiliki perangkat seluler. Penggunaan logam tanah jarang di perangkat komputer dan elektronik membuat teknologi logam tanah jarang ikut berkembang pesat.

Penggunaan LTJ dapat dilacak hingga 2 abad lalu sejak penambang asal Swedia menemukan LTJ pertama dan menamakannya dengan kota dimana unsur tersebut ditemukan, yttrium pertama kali ditemukan tahun 1788.

Memasuki abad ke-19, pertarungan untuk menemukan elemen baru pada tabel periodik, termasuk di dalamnya LTJ, menjadi kontestasi prestisius di kalangan kimiawan Eropa. Akan tetapi LTJ baru mulai digunakan secara signifikan pada pertengahan abad ke-20.

Sebelum tahun 1960-an permintaan terhadap LTJ bisa dibilang sangat kecil, lonjakan pertama terhadap permintaan logam ini terjadi di pertengahan tahun 1960-an ketika perangkat televisi berwarna mulai diperkenalkan ke pasar.

Europium adalah material penting untuk menghasilkan gambar yang berwarna.

Selanjutnya kemelut perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet membawa LTJ ke babak baru. Pada masa ini terjadi peningkatan besar-besaran terhadap riset pemerintah, tak terkecuali terkait LTJ.

Peneliti angkatan udara AS berhasil mengembangkan magnet dari unsur samarium-kobalt yang memiliki sifat magnetisme yang sangat kuat, dan tetap masih kuat meski dalam kondisi panas. Teknologi ini memungkinkan AS menciptakan instrumen radar yang lebih unggul.

Soviet tak mau ikut ketinggalan, ahli metalurgi mereka menciptakan aluminium yang lebih kuat dan ringan menggunakan scandium di tahun 80-an mendekati akhir perang dingin.

Teknologi ini mampu mengikatkan kemapuan pesawat tempur MiG-29 milik mereka. Riset laser mereka bermuara pada pengembangan laser pengukur jarak terbaru untuk keperluan militer yang menggunakan yttrium.

Sektor swasta juga turut ambil peran, riset perusahaan dan industri menghasilkan produk baru bagi konsumen yang menggunakan logam tanah jarang.

Penelitian baterai pada 1970-an dan 1980-an mengarah pada pengembangan baterai nikel-logam hidrida, yang menggunakan lantanum dan neodimium.

Baterai ini dapat diisi berulang kali sembari mampu menahan banyak energi sehingga menjadi populer digunakan dalam perangkat portabel elektronik, seperti kamera video pada 1990-an. Teknologi ini juga digunakan pada mobil hybrid, seperti Toyota Prius, yang dirilis pada 2001.

Para peneliti di General Motors mematenkan magnet neodimium-iron-boron pada 1980-an dan menciptakan sebuah perusahaan, Magnequench, yang memproduksi magnet permanen yang ringan, kuat, yang digunakan pada power window dan kunci pintu, perangkat windshield wiper kaca depan, dan starter mesin elektrik pada mobil.

Penggunaan LTJ pada perangkat elektronik berkembang selama tahun 90-an dan 2000-an. Pada awal 90-an Bell Labs mengembangkan fiber menggunakan erbium untuk meningkatkan sinyal dalam kabel fiber optik.

Teknologi ini memungkinkan terciptanya jaringan global dan mampu menurunkan biaya panggilan telepon jarak jauh dan sekarang umum digunakan sebagai pembawa data internet.

Perilisan iPhone pertama pada tahun 2008 menunjukkan seberapa jauh kemajuan LTJ baik secara metalurgi maupun aplikasinya. Ponsel cerdas saat ini menggunakan lantanum untuk mengurangi distorsi pada lensa kamera, magnet neodimium digunakan pada pengeras suara, serta yttrium dan erbium digunakan untuk mencerahkan layar ponsel yang lebih hemat energi.

BERSAMBUNG KE HALAMAN BERIKUTNYA >>>>

Selain yang sudah disebutkan diatas, LTJ pada bidang teknologi juga digunakan pada memori computer, DVD, lampu dan layar LED, superkonduktor, panel surya untuk pembangkit listrik dan pencitraan resonansi magnetik (MRI).

Di bidang manufaktur, LTJ digunakan sebagai salah satu unsur pada paduan logam, pigmen untuk keramik, agen kimia, pewarna hingga sebagai katalis.

Dengan sifatnya yang unik seperti emisi radiasi dan magnetism, LTJ memungkinkan untuk digunakan di berbagai aplikasi terapi dan diagnostic dalam pengobatan modern. Saat ini sudah ada beberapa aplikasi LTJ di dunia kedokteran dan masih banyak teknologi baru yang akan datang di masa depan.

Selain untuk MRI, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, LTJ juga digunakan pada mesin portable dan pipa X-Ray dan pencitraan medis menggunakan nuklir. LTJ juga digunakan pada pengobatan kanker serta digunakan pada laser untuk pengobatan umum dan gigi.

Saat ini Indonesia bukanlah pemain utama di pasar LTJ global, hal ini dikarenakan belum ditemukannya cadangan yang terbukti secara gelogis dengan harga yang ekonomis untuk ditambang.

Meskipun demikian Indonesia memiliki potensi akan sumber daya ini, hanya saja pemerintah dan pemangku kebijakan sepertinya masih belum serius dalam mengerahkan seluruh tenaga untuk memproduksi sendiri LTJ. Saat ini China masih mendominasi produksi LTJ global, mereka tidak takut menggunakan aset ini sebagai alat tawar dan juga untuk memperluas pengaruh mereka di kancah ekonomi global.

Pada akhir 2019 total produksi LTJ China mencapai 63% dari total produksi global turun signifikan dari tahun 2010 yang hampir mencapai monopoli sempurna dengan total produksi mencapi 92% total produksi dunia.

Walupun menurun drastic, angka tersebut masih relatif sangat besar sehingga Pemerintah Indonesia harus meningkatkan upaya dalam menganmankan rantai pasok dengan melakukan eksplorasi yang lebih intensif.

Sebelumnya, kepala Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) dalam interview dengan CNBC TV, Iman Kristian Sinulingga, mengatakan akan melakukan eksplorasi lithium & logam tanah jarang pada 2021. Ini adalah langkah bagus dari pemerintah yang patut diapresiasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular