Harap Tenang! Peluang Taper Tantrum Terulang di 2021 Kecil

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
23 March 2021 11:13
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Berjalan cepatnya program vaksinasi di Amerika Serikat (AS) membawa konsekuensi terhadap pemulihan ekonomi yang lebih cepat. Pasar mulai berspekulasi apakah, The Fed mulai akan mengurangi stimulus (tapering off), dan akan berakibat terjadinya taper tantrum seperti 2013 silam?

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan berkaca pada periode sebelumnya saat taper tantrum terjadi, kala itu, ada kenaikan US treasury yield ketika ada recovery perekonomian di AS. Kemudian The fed memberikan sinyal tapering, terjadi taper tantrum waktu itu. Taper tantrum seperti 2013 nampaknya belum akan terjadi di tahun ini.

"Kalau bicara menggunakan apa yang disampaikan Gubernur Bank Amerika Serikat (AS) Jerome Powell, taper tantrum tidak akan terjadi di 2021. Mereka juga masih memberi sinyal akan melanjutkan pembelian SBN 120 billion untuk bonds dan akan mempertahankan suku bunganya."

"Saya rasa 2021 sangat kecil (terjadi taper tantrum), tapi market akan berbeda responnya dengan melihat indikator ekonomi di AS," jelas Andry dalam Program Squawk Box di CNBC Indonesia TV, Selasa (23/3/2021).

Sebelumnya hal yang sama juga dikatakan oleh Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Hariyadi Ramelan. "Saya meyakini tapering off tidak akan terjadi sampai 2022," ujarnya beberapa waktu lalu.

"Even akan dilakukan, katakanlah pada 2022 akhir atau 2023 sebelum high rate, saya meyakini itu akan sangat prudent, gradual, dan Fed pasti akan komunikasikan ke market earlier dan mencoba agar pasar tidak volatile seperti sekarang ini," kata Hariyadi melanjutkan.

BI menilai, The Fed akan tetap menempuh kebijakan yang akomodatif untuk memacu pertumbuhan ekonomi Paman Sam. Menurutnya, tidak ada sinyal Jerome Powell Cs menempuh tapering off.

Selain itu, BI menegaskan akan terus mencermati kondisi pasar keuangan global dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian. Jika ada gejolak, BI akan turun memastikan agar rupiah tidak terlempar jauh dari nilai fundamentalnya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eastpring: Efek Tapering Off Saat Pandemi Tak Sebesar 2013

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular