Indocement Pede Jualan Semen Tahun Ini Naik 5%, Ini Alasannya

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
19 March 2021 18:23
Sayup suara ombak menyusup hingga ke ruang-ruang sempit Kapal yang tengah bersandar di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, Rabu (29/7/2020) petang itu. Sejumlah anak dengan berani tengah asik melompat bergantian dari atas kapal, sambil berteriak.
Sunda Kelapa adalah nama pelabuhan yang berada di ujung utara Jakarta. Pelabuhan ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Pada zaman kerajaan, Sunda Kelapa adalah pusat perdagangan. Kini, meski telah dimakan usia, pelabuhan ini masih tetap ramai.
Banyak orang mengais rezeki di Pelabuhan Sunda Kelapa. Ada pedagang, nelayan, Anak Buah Kapal (ABK), pemberi jasa sampan, hingga buruh angkut. Semua tumpah ruah menjadi satu. Namun bagi anak-anak sunda kelapa adalah tempat paling asik untuk bermain.

Pelabuhan Sunda Kelapa lambat laun tidak terlihat sesibuk saat masa jayanya. Kini, pelabuhan tersebut dikelola oleh PT Pelindo II dan tidak mengantongi sertifikasi International Ship and Port Security karena sifat pelayanan jasanya hanya untuk melayani kapal antar pulau di dalam negeri.

Dari sisi ekonomi pelabuhan ini masih cukup strategis, mengingat berdekatan dengan pusat-pusat perdagangan di Jakarta seperti Glodok, Pasar Pagi, Mangga Dua, dan lain-lainnya. Menjadi buruh kuli angkut mungkin bukan hal yang dicita-citakn oleh banyak orang. Namun ketika tidak ada lagi keahlian yang bisa ditawarkan selain tenaga kasar maka menjadi buruh kasar sebagai kuli angkut pun harus dijalani.

Setidaknya ini yang tertangkap saat melihat potret para kuli angkut di Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta Utara. Dalam sehari para pekerja kuli angkut ini mampu membongkar muatan dengan berat total 300ton. Beban sebesar ini dikerjakan oleh 20an orang pekerja.  (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Semen (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten produsen semen Tiga Roda, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), memproyeksikan penjualan semen di tahun ini akan tumbuh 4% sampai dengan 5%.

Proyeksi tersebut mengacu pada perkiraan permintaan semen yang akan kembali tumbuh, lebih baik dibanding tahun 2020 yang tertekan akibat pandemi Covid-19. Akibatnya, permintaan semen menurun drastis imbas dari banyaknya proyek konstruksi yang dihentikan sementara.

CEO Indocement, Christian Kartawijaya mengatakan pihaknya optimistis membaiknya penjualan semen akan ditopang dengan kenaikan anggaran infrastruktur sebesar 38% dari tahun lalu.

Selain itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), mendapat porsi terbesar dalam APBN 2021 sebesar Rp 149,8 triliun dan serapannya baru 7% per Februari ini.

"Melihat tahun 2020 cukup terpuruk, banyak proyek yang tertunda. Tahun ini, pemerintah telah menaikkan anggaran infrastruktur, lebih tinggi dibanding 2020," kata Christian, dalam paparan publik secara virtual, Jumat (19/3/2021).

Katalis positif lainnya, kata Christian, pembentukan Sovereign Wealth Fund (SWF), sebagai turunan dari Undang-undang Cipta Kerja (Ciptaker), juga turut menjadi game changer untuk lebih banyak menarik investasi di proyek-proyek infrastruktur, sehingga diharapkan akan meningkatkan permintaan semen.

Ini Alasan Indocement Tutup Sementara 7 Pabrik Saat Pandemi  (CNBC Indonesia TV)Foto: Ini Alasan Indocement Tutup Sementara 7 Pabrik Saat Pandemi (CNBC Indonesia TV)
Ini Alasan Indocement Tutup Sementara 7 Pabrik Saat Pandemi (CNBC Indonesia TV)

Meski demikian, kata dia, pandemi Covid-19 masih akan menjadi sumber ketidakpastian bagi industri semen. Namun, kabar baiknya, belakangan ini kasus positif Covid terus berangsur menurun dengan distribusi vaksin di tanah air terus menunjukkan peningkatan setiap bulannya.

Sebagai informasi saja, sepanjang tahun 2020, emiten dengan merek semen Tiga Roda ini membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 1,81 triliun sepanjang tahun lalu.

Besaran laba bersih ini turun 1,58% secara tahunan (year on year/YoY) dibanding dengan laba bersih pada akhir Desember 2019 yang senilai Rp 1,84 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan di BEI, penurunan laba ini sejalan dengan turunnya pendapatan perusahaan sepanjang 2020 menjadi senilai Rp 14,18 triliun atau terkontraksi 11% YoY. Pendapatan perusahaan sepanjang 2019 mencapai Rp 15,93 triliun.

Christian melanjutkan, penurunan laba bersih memang terlihat sejak 2019 yang disebabkan menurunnya utilisasi pabrik dari sekitar 90% pada periode 2014, namun menjadi 55-60% saat pandemi Covid-19.

"Biasanya punya profit baik jika utilisasi mendekati 90%, dengan utilisasi 55-60%, tidak ada profit setinggi utilisasi tahun 2014 yang mendekati 90%. Kita akan tunggu sampai utilisasi bisa naik," katanya.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Indocement Rogoh Capex hingga Rp 1,1 T, Buat Apa Saja?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular