
Yield Treasury kok Ngeri, Apa Kabar Rupiah Hari Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat 0,24% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.390/US$ pada perdagangan Kamis kemarin. Pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) yang mengindikasikan belum akan menaikkan suku bunga meski perekonomian AS membaik membuat rupiah perkasa.
Tetapi, penguatan rupiah sepertinya hanya berlangsung sehari saja, dan berisiko berbalik melemah pada perdagangan Jumat (19/3/2021). Sebab, yield obligasi (Treasury) AS terus menanjak karena The Fed masih cukup nyaman dengan kenaikan yield Treasury, selama itu merupakan respon dari membaiknya perekonomian.
Yield Treasury tenor 10 tahun kemarin melesat 8,8 basis poin ke 1,729%, level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Januari 2020 atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan The Fed belum membabat habis suku bunganya menjadi 0,25% dan program quantitative easing (QE) belum dijalankan.
Kenaikan yield tersebut membuat selisih yield Treasury dengan Surat Berharga Negara (SBN) akan menyempit, dan berisiko memicu capital ouflow, yang pada akhirnya akan menekan rupiah.
Secara teknikal, rupiah kemarin sempat menguat ke Rp 14.350/US$ yang merupakan rerata pergerakan (moving average) MA 200 hari, yang menjadi support kuat, dan perlu dilewati dengan konsisten agar bisa menguat lebih jauh.
Rupiah kini berada di atas MA 200, sebelumnya juga sudah melewati MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye). Artinya rupiah kini bergerak di atas 3 MA sehingga tekanan menjadi semakin besar.
Meski demikian, Selasa (9/3/2021) rupiah yang disimbolkan USD/IDR membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah, artinya USD/IDR berpotensi bergerak turun dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.
Potensi penguatan rupiah diperbesar oleh indikator stochastic berada di wilayah jenuh beli (overbought).
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang sudah berada di wilayah overbought dalam waktu yang cukup lama membuka ruang bangkitnya rupiah.
Seperti disebutkan sebelumnya, support kuat berada di Rp 14.350/US$, hanya penembusan ke bawah level tersebut yang bisa membawa rupiah menguat lebih jauh.
Sementara selama tertahan di atasnya, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.400 hingga Rp 14.460/US$. Penembusan di atas level tersebut akan membawa rupiah menuju Rp 14.500/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'
