
Pak Erick Lapor, Harga 4 Saham Anak Usaha Inalum Babak Belur

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham anggota holding industri pertambangan (HIP) serempak berguguran pada perdagangan sesi I pagi ini, Selasa (16/3/2021). Saham-saham tersebut yakni, PT Timah Tbk (TINS), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO).
Berikut gerak saham empat anggota holding tambang hari ini, pukul 11.03 WIB.
TINS, saham -5,00%, ke Rp 1.805, jual asing (net sell) Rp 11,90 M
INCO, -2,34% ke Rp 4.600, net sell Rp 53,97 M
ANTM, -2,14%, ke Rp 2.290, net sell Rp 19,19 M
PTBA, -0,36%, ke Rp 2.730, net buy Rp 863,00 juta
Duo saham emiten pelat merah TINS dan ANTM mengalami penurunan harga saham tertinggi.
Saham TINS ambles 4,21% ke Rp 1.820/saham. Anjloknya saham ini berbarengan dengan aksi jual oleh asing sebesar Rp 11,90 miliar.
Dengan pelemahan ini, TINS melanjutkan pelemahan sejak penutupan kemarin (15/3). Kemarin, TINS menjadi top losers setelah ditutup menyentuh auto rejection bawah (ARB) ke Rp 1.900/saham.
Anjloknya harga saham TINS terjadi setelah emiten penambang timah ini melaporkan masih membukukan kerugian senilai Rp 340,59 miliar sepanjang tahun lalu.
Namun kerugian ini sudah berkurang 44% dibanding dengan kerugian perusahaan di akhir Desember 2019 yang mencapai Rp 611,28 miliar.
Sepanjang 2020 di masa pandemi Covid-19, pendapatan perusahaan terkontraksi 21,33% secara tahunan (year on year/YoY).
Tercatat di akhir Desember 2020 lalu pendapatan perusahaan sebesar Rp 15,21 triliun, berkurang dari Rp 19,34 triliun di akhir periode yang sama tahun sebelumnya.
Kemudian, saham ANTM menyusut 1,28% ke Rp 2.310/saham. Asing tercatat ramai-ramai melego saham ini sebesar Rp 12,70 miliar.
Sama seperti TINS, pada Senin (15/3), ANTM juga menghuni top losers setelah anjlok 3,31% ke Rp 2.340/saham. Kemarin, nilai transaksi emiten ini sebesar Rp 871,1 miliar.
Antam baru saja melaporkan kinerja laporan keuangan (lapkeu) yang positif di tahun lalu. Pasalnya, laba bersih perusahaan selama 2020 meroket hingga 492,90% secara tahunan (year on year (YoY).
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan, tercatat laba bersih ANTM tahun lalu mencapai Rp 1,14 triliun. Dibanding dengan laba bersih di periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 193,85 miliar.
Kemudian, saham VALE ambles 2,34% ke posisi Rp 4.600 pada sesi I ini. Pelemahan ini dibayangi aksi asing yang tercatat melakukan net sell sebesar Rp 53,97 M.
Sementara di posisi keempat, saham emiten batu bara pelat merah PTBA turun tipis 0,36% ke Rp 2.730/saham. Aksi beli bersih asing senilai Rp 825,01 juta tampaknya tidak mampu mendongkrak saham PTBA sepanjang sesi I ini.
Sebagai informasi, TINS, ANTM, PTBA bersama PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero) merupakan anggota Holding Industri Pertambangan tanah air yang bernama Mining Industry Indonesia (MIND ID).
Pada tanggal 27 November 2017, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), atau INALUM, resmi menjadi Holding BUMN Industri Pertambangan dengan menguasai saham milik pemerintah Indonesia di keempat saham di atas.
Kemudian, pada 17 Agustus 2019, INALUM sebagai HIP sebagai Holding menghadirkan identitas baru dengan nama, yakni MIND ID.
Identitas baru MIND ID sekaligus memperjelas fungsi INALUM sebagai Holding Industri Pertambangan dan INALUM sebagai pelaksana operasional peleburan aluminium.
Adapun INCO telah menyelesaikan kewajiban divestasi 20% sahamnya ke Holding BUMN Pertambangan, MIND ID atau PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dengan melakukan pengalihan saham Oktober tahun lalu.
Dua pemegang saham INCO, yakni Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd. (SMM) telah melepas sahamnya masing-masing sebesar 14,9% dan 5,1% degan harga Rp 2.780/saham atau total Rp 5,52 triliun kepada MIND ID.
Setelah transaksi tersebut, kepemilikan saham Vale Indonesia menjadi Vale Group 44,34%, MIND ID 20,00%, SMM 15,03%, Sumitomo Corporation 0,14%, dan publik 20,49%.
(adf/adf)
Next Article Apa Kabar Saham Nikel? Saham HRUM Kena ARB Bro...