Analisis

Digempur Tesla-Hyundai, Masih Layakkah Koleksi Saham Astra?

Tri Putra, CNBC Indonesia
16 March 2021 07:10
Toyota Innova facelift 2021. Foto: News Zing
Foto: Toyota Innova facelift 2021. Foto: News Zing

Secara kapitalisasi pasar, menurut data Gaikindo, Astra masih menjadi penguasa kapitalisasi pasar di tahun 2020 di angka 50,75%.

Akan tetapi ternyata angka tersebut terus turun dari tahun 2016 di mana dari 55,46% mobil yang terjual di Indonesia merupakan pabrikan merek yang didistribusikan oleh ASII misalnya Toyota. Jadi bukan tidak mungkin dalam waktu dekat grup otomotif Astra merangkul kurang dari separuh penjualan otomotif roda empat.

Selanjutnya, faktor pertumbuhan pendapatan sektor otomotif ASII yang terus terkontraksi juga menjadi biang kerok turunya laba bersih ASII yang didapatkan dari sektor otomotif. Tercatat selama 4 tahun terakhir sektor otomotif ASII, rata-rata omsetnya terkontraksi alias tumbuh negatif sebesar 6,43%.

Well, memang kontraksi paling besar dibukukan pada tahun 2020 yakni tahun pandemi yang menghantam daya beli. Pendapatan ASII di sektor otomotif anjlok 36,25% dibandingkan dengan 2019.

Akan tetapi pertumbuhan pendapatan ASII di sektor otomotif sebelum pandemi sebenarnya biasa-biasa saja 4 tahun terakhir. Bahkan sebelum pandemi menyerang, pendapatan ASII di sektor otomotif sudah terkontraksi 0,85%.

Terguncangnya hegemoni grup Astra disektor otomotif tentu saja bisa diatribusikan ke banyak hal. Salah satunya tentu saja tren mobil listrik yang sedang hype.

Bahkan dengan emisi yang lebih rendah, pemerintah juga mendukung switching ini dengan memberikan berbagai macam insentif mulai dari PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) 0% hingga mobil listrik yang bebas ganjil-genap.

Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengusulkan kenaikan tarif mobil bertipe hybrid menjadi 5%. Usulan sebelumnya 0% dalam Peraturan Pemerintah nomor 73 tahun 2019.

Adapun mobil yang menggunakan teknologi PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle) adalah mobil memadukan dua mesin sekaligus yakni mesin konvensional dan juga mesin dari baterai atau listrik.

Menurutnya, perubahan ini untuk membedakan tarif antara mobil listrik yang menggunakan full baterai yakni Battery Electric Vehicle (BEV) dengan PHEV yang setengah baterai.

"Jadi poinnya, adalah membedakan antara full battery electric dengan hybrid," ujar Menkeu dalam rapat kerja dengan Komisi XI, DPR RI, Senin (15/3/2021).

Bendahara Negara menjelaskan, untuk PPnBM mobil listrik full baterai tarifnya akan tetap 0%, sedangkan yang hybrid dari rencana tarif 0% menjadi 5%. Dengan perbedaan ini, mobil listrik full baterai akan mampu bersaing dengan tipe hybrid.

Melihat hal ini salah satu pesaing utama Astra Grup yakni Hyundai sudah mulai megeluarkan produk-produk mobil full listrik seperti Hyundai Ioniq sementara itu mayoritas lini otomotif Grup astra masih diisi oleh mobil-mobil hybrid.

Bahkan banyak pula showroom mobil yang sudah mengimpor mobil listrik paling terkenal yakni Tesla untuk dipasarkan di dalam negeri.

Tentu saja apabila tidak segera secepat mungkin berbenah diri hegemoni grup Astra di sektor otomotif bisa benar-benar tumbang dalam waktu dekat. 

Apalagi, jika melihat pergerakan saham ASII yang mulai tinggalkan investor. Data BEI mencatat, saham ASII sudah ambles 6% dalam sebulan terakhir dan year to date turun 8,30% di posisi Rp 5.525/saham. Investor asing sudah jualan saham ASII alias net sell sebulan terakhir Rp 2,4 triliun di pasar reguler, dan YTD asing net sell Rp 1,67 triliun.

Di tengah belum gencarnya inovasi, jadi masih layakkah koleksi saham ASII?

Jawabannya, semua tergantung keputusan investasi Anda semua.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular