Nah Lho! Rupiah Lewati Lagi Rp 14.400/US$ di Kurs Tengah BI

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 March 2021 10:32
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) di kurs tengah Bank Indonesia (BI) hingga melewati Rp 14.400/US$ pada perdagangan Senin (15/3/2021). Nasib yang sama juga dialami rupiah di pasar spot, meski belum di atas level tersebut.

Kurs tengah BI atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) hari ini berada di level Rp 14.418/US$, melemah 0,33%. Sementara di pasar spot, rupiah melemah 0,1% ke Rp 14.395/US$.

Tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang utama melemah pagi ini. Artinya, dolar AS sedang perkasa. Hingga pukul 10:07 WIB, hanya ringgit Malaysia dan yuan China yang mampu menguat.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Dolar AS masih perkasa hingga akibat yield obligasi (Treasury) yang masih tinggi. Pada pekan lalu, yield Treasury tenor 10 tahun naik 8,1 basis poin ke 1,635%, level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Februari 2020 lalu, sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) belum membabat habis suku bunganya menjadi 0.25%.

Melesatnya yield Treasury ke level pra pandemi tersebut terjadi akibat ekspektasi pemulihan ekonomi AS serta kenaikan inflasi. Alhasil, para pelaku pasar melepas kepemilikan Treasury yang membuat yield-nya menjadi naik.

Selain itu, ekspektasi pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat dari prediksi serta kenaikan inflasi membuat pelaku pasar melihat ada peluang The Fed akan mengurangi program pembelian aset (quantitative easing/QE) atau yang dikenal dengan istilah tapering, yang bisa memicu taper tantrum.

Taper tantrum pernah terjadi pada 2013 hingga 2015, saat itu kurs rupiah melemah hingga lebih dari 50%. Mata uang Asia juga mengalami hal yang sama, meski persentase pelemahannya berbeda-beda.

Meski rupiah sedang tertekan, tetapi peluang untuk berbalik menguat masih terbuka.

Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini akan mengumumkan kinerja ekspor Indonesia periode Februari 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 6,75% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Sementara impor diperkirakan tumbuh 11,85% YoY. Meski pertumbuhan impor lebih cepat ketimbang ekspor, tetapi neraca perdagangan diproyeksi tetap positif US$ 2,145 miliar.
Impor jika seusai prediksi menunjukkan kenaikan, maka akan menjadi yang pertama setelah mengalami kontraksi dalam 19 bulan terakhir. Pertumbuhan impor tersebut menjadi indikasi perekonomian dalam negeri mulai menggeliat, dan bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular