Bersama Ringgit Malaysia, Rupiah Jadi Mata Uang Terburuk Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 March 2021 16:55
ringgiut malaysia
Foto: Reuters/Thomas White

Selain capital outflow, dolar AS juga masih perkasa pada hari ini. Stimulus fiskal di AS senilai US$ 1,9 triliun yang akan cair di pekan ini bukannya membuat dolar AS melemah, malah semakin perkasa. Hal tersebut terlihat dari indeks dolar AS yang terus menanjak. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut kemarin menguat 0,37% ke 92,313, level tertinggi sejak November 2020 lalu.

Saat stimulus fiskal cair, jumlah uang yang beredar di perekonomian AS akan bertambah, secara teori dolar AS akan melemah. Tetapi kali ini beda ceritanya, sebab stimulus tersebut berisiko membuat inflasi melesat.

Pasar mengantisipasi tersebut dengan melepas kepemilikan obligasi (Treasury) AS, alhasil yield-nya terus menanjak.

Kemarin, yield Treasury AS tenor 10 tahun naik 4 basis poin ke 1,594%, masih berada di level tertinggi dalam satu tahun terakhir, atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) belum membabat habis suku bunganya menjadi 0,25%.

Kenaikan yield Treasury yang dipicu prospek pemulihan ekonomi AS serta kenaikan inflasi membuat pasar keuangan global kembali dihantui oleh tapering (pengurangan program pembelian aset atau quantitative easing) The Fed yang dapat memicu taper tantrum.

"Jika pasar mulai percaya The Fed kehilangan kendali terhadap arah pasar obligasi, semua isu mengenai taper tantrum akan kembali muncul," kata Art Cahshin, direktur operasi di UBS, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (26/2/2021).

Taper tantrum pernah terjadi pada periode 2013-2015, saat itu indeks dolar AS melesat tajam, dan rupiah menjadi salah satu korbannya saat itu. Bayang-bayang taper tantrum tersebut menjadi penekan rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular