
Ngiler Dana SWF, BUMN Karya Siapkan Proyek untuk Divestasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) karya menilai divestasi aset melalui Indonesia Investment Authority (INA) dinilai dapat menjadi salah satu opsi pembiayaan infrastruktur di dalam negeri. Sebab, pembiayaan infrastruktur selama ini masih terkendala dengan keterbatasan dana masing-masing perusahaan.
Direktur Keuangan Jasa Marga Donny Arsal mengatakan setidaknya terdapat empat manfaat dari adanya INA sebagai salah satu sumber pendanaan infrastruktur di Indonesia. Pertama adalah meningkatkan likuiditas perusahaan karena adanya dana segar yang akan masuk untuk membiayai operasional perusahaan.
"Kedua adalah sebagai alternatif pendanaan dari sisi equity. Ada banyak sumber, seperti PMN [Penyertaan Modal Negara], rights issue dan bentuk lain equity financing. SWF [Sovereign Wealth Fund] masuk dalam equity financing yang didapat dari investor," kata Donny dalam webinar Forum Wartawan BUMN, Senin (8/3/2021).
Selanjutnya adalah membuka alternatif sumber pembiayaan baru bagi perusahaan untuk mendukung upaya asset recycling, yakni dengan memanfaatkan aset yang sudah ada. Dan terakhir adalah untuk bisa memperbaiki struktur permodalan perusahaan.
Jasa Marga sejauh ini telah mempersiapkan sembilan ruas tol yang siap untuk didivestasikan melalui INA. Aset-aset ini dinilai sudah mature dan dipastikan minimal dari risiko investasi lantaran pembangunannya telah selesai.
Ruas tol yang dimaksud antara lain ruas tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi, Jakarta-Cikampek II Elevated, Semarang-Batang, Gempol-Pandanaan, dan Pandaan-Malang. Lalu, ada juga Gempol-Pasuruan, Balikpapan-Samarinda, Manado-Bitung dan Bali Mandara.
Sejalan dengan itu, Direktur Keuangan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) Taufik Hendra Kusuma mengatakan tak hanya tol, INA juga membuka kesempatan untuk aset infrastruktur lainnya seperti bandara dan pelabuhan yang saat ini dimiliki oleh BUMN.
Dia mengungkapkan, Waskita telah mempersiapkan PT Waskita Toll Road (WTR) untuk didivestasikan kepemilikan melalui INA ini. WTR saat ini telah memiliki sebanyak 17 ruas tol di Pulau Jawa dan Sumatera, 12 di antaranya telah beroperasi, baik secara penuh maupun parsial.
"Skema divestasi yang diharapkan adalah skema jual beli tunai," kata dia.
Adapun sebelumnya Waskita telah menyebutkan setidaknya telah mempersiapkan 1 ruas tol untuk diinvestasikan melalui SWF dengan perkiraan dana yang bisa dikantongi hingga Rp 31 triliun.
Tol tersebut antara lain Cimanggis-Cibitung, Cibitung-Cilincing, Ciawi-Sukabumi, Depok-Antasari, Cinere-Serpong dan Kanci-Pejagan. Selanjutnya ada Pejagan-Pemalang, Pemalang-Batang, Batang-Semarang, Pasuruan-Probolinggo dan Krian-Legundi-Bunder.
Sementara itu, Plt EVP of Corporate Secretary PT Hutama Karya (Persero) Tjahjo Purnomo menyebutkan bahwa adanya INA ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk membiayai pembangunan tol Trans Sumatera.
"Dana yang diperoleh nantinya akan digunakan untuk membangun ruas tol baru di Sumatera," terang dia.
Adapun saat ini Hutama Karya mengoperasikan dua ruas tol di Jakarta dan tujuh ruas tol di Pulau Sumatera. Tol yang dioperasikan perusahaan ini dinilai memiliki Internal Rate of Return (IRR) yang positif, didukung oleh lalu lintas harian yang baik sehingga menarik untuk ditawarkan kepada investor.
"Hutama Karya siap untuk menawarkan sejumlah ruas Jalan Tol Trans Sumatera yang dikelola kepada INA. Skema yang ditawarkan dalam bentuk divestasi atau pengalihan konsesi untuk jangka waktu tertentu," tandasnya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Hutama Karya Ungkap 5 Tol Dijual ke INA, Ruas Mana Saja?