Merah Lagi, Kalah Lagi! Rupiah Makin Mirip Liverpool...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 March 2021 09:25
rupiah
Ilsutrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Nasib baik tidak kunjung menghampiri rupiah, mata uang Tanah Air terus terjebak di zona merah.

Pada Senin (8/3/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.300 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Rupiah memang sedang apes. Sepanjang pekan lalu, mata uang Ibu Pertiwi terdepresiasi 0,35% di hadapan greenback. Dengan demikian, depresiasi rupiah sepanjang 2020 mencapai 1,78%.

Apa boleh buat, tahun ini memang tahunnya dolar AS. Tidak hanya rupiah, hampir seluruh mata uang utama Asia pun tidak berdaya di hadapan mata uang Negeri Paman Sam. Namun depresiasi 1,78% year-to-date membuat rupiah jadi mata uang terlemah ketiga di Benua Kuning.

Dolar AS mendapat angin dari rilis data ketenagakerjaan terbaru. Sepanjang Februari 2021, perekonomian AS menciptakan 379.000 lapangan kerja, jauh di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 182.000 dan realisasi Januari 2021 yang sebesar 166.000.

"Ini adalah data yang impresif. Ada momentum pemulihan yang sangat nyata di pasar tenaga kerja sehingga ada alasan untuk optimistis terhadap prospek pertumbuhan ekonomi ke depan," tegas Edward Moya, Senior Market Analyst di OANDA yang berbasis di New York (AS), seperti dikutip dari Reuters.

Dengan lapangan kerja yang terus bertambah, tingkat pengangguran di AS pun berkurang. Pada Februari 2021, tingkat pengangguran AS tercatat 6,2%, terendah sejak April 2020.

Data ini semakin memberi konfirmasi bahwa ekonomi Negeri Adidaya pulih dengan relatif cepat dari dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Oleh karena itu, pasar mulai berani bertaruh bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) bakal menaikkan suku bunga acuan lebih cepat dari perkiraan.

Dalam dotplot terakhir The Fed, kemungkinan suku bunga acuan baru naik pada 2023. Namun dengan ekonomi yang semakin membaik, dan kemungkinan tekanan inflasi akan datang lebih cepat, bukan tidak mungkin kenaikan Federal Funds Rate akan dipercepat.

Mengutip CME FedWatch, kemungkinan The Fed mempertahankan suku bunga acuan di 0-0,25% pada akhir 2021 adalah 96%. Masih sangat tinggi, tetapi lebih rendah dibandingkan posisi sepekan lalu yaitu 97,9%. Peluang kenaikan Federal Funds Rate mulai terbuka, meski belum lebar.

fedSumber: CME FedWatch

"Seiring dengan aktivitas masyarakat yang kembali dibuka, ekonomi bergerak signifikan dan data ketenagakerjaan memperkuat keyakinan itu. Ini memberi tekanan kepada The Fed untuk mempercepat kenaikan suku bunga acuan,"kata Justin Hoogendoorn, Managing Director di Piper Sandler Financial Strategies yag berbasis di Chicago, seperti diwartakan Reuters.

Ekspektasi akan kenaikan suku bunga acuan menjadi 'doping' buat dolar AS. Kenaikan suku bunga acuan akan ikut mendongrak imbalan investasi aset berbasis dolar AS, utamanya instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi.

Dolar AS pun kembali 'seksi' dan menjadi primadona di pasar. Akibatnya, mata uang negara-negara lain ditinggalkan, termasuk rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular