Internasional

Bubble, Bubble, Bubble! China Warning Gelembung Mau Meledak

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
03 March 2021 10:55
Ilustrasi bendera China. AP/
Foto: Ilustrasi bendera China. AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Regulator China menyatakan sangat khawatir akan bubble (gelembung) di pasar keuangan global dan sektor properti negara itu. Hal ini diutarakan Ketua Komisi Pengaturan Perbankan dan Asuransi China (CBIRC) Guo Shuqing, Selasa (2/3/2021).

Dilansir The Strait Times yang mengutip Bloomberg, ancaman meledaknya gelembung di pasar AS dan Eropa karena penguatan yang di luar underlying ekonomi. Koreksi di pasar, kata dia, akan terjadi "cepat atau lambat".

"Pasar modal ditransaksikan di level tinggi di Eropa, AS, dan negara maju lain, di mana sangat berkebalikan dengan ekonomi riil," ujarnya, dikutip Rabu (3/3/2021).

Ia merujuk apa yang terjadi 21 tahun lalu, saat bubble dot.com terjadi di sektor teknologi informasi AS, 1998-2000. Itu ketika bursa saham di negara-negara industri mengalami kenaikan nilai ekuitas secara tajam berkat pertumbuhan industri sektor internet dan bidang-bidang yang terkait.

Ini membuat regulator keuangan China tengah berusaha keras untuk mencoba mengendalikan risiko di dalam negeri sambil membatasi gangguan dari luar negeri. Apalagi saat ini, ekonomi China terbuka lebih luas untuk modal asing.

Dengan perekonomian yang semakin terglobalisasi, arus modal asing yang masuk ke China meningkat signifikan. Ini juga berpotensi menggelembungkan mata uang, asset dan inflasi dengan cepat.

Selain itu, Guo juga menyinggung isu penting lain yang sedang dihadapi oleh sektor properti di China. Yakni tren bubble sektor ini yang relatif besar.

Ini sempat disinggung pula oleh Presiden China Xi Jinping dalam konferensi ekonomi tahun lalu. China, kata Xi, perlu menstabilkan pasar properti di 2021.

Guo mengatakan potensi bubble relatif besar, dengan banyak orang membeli rumah bukan untuk ditinggali tapi untuk tujuan investasi atau spekulatif. "Sangat berbahaya," katanya.

Apabila pasar properti ambruk, maka nilai properti yang dimiliki oleh masyarakat akan merugi besar. Ini akan mengakibatkan cicilan yang tak terbayar dan kekacauan ekonomi

Pemulihan ekonomi yang kuat, dikombinasikan dengan lonjakan kredit dan kekhawatiran baru akan ketinggalan telah memicu antusiasme pembeli di kota-kota terbesar China meskipun ada pembatasan yang lebih ketat tahun ini.

Pihak berwenang telah menanggapi dengan sejumlah kebijakan untuk menyempurnakan industri. Termasuk mekanisme baru pinjaman bank untuk real estat dan aturan penawaran tanah baru yang dirancang untuk mengekang harga tanah yang membengkak.

Namun harga rumah di pasar sekunder, yang menghadapi lebih sedikit intervensi pemerintah, naik paling tinggi dalam 18 bulan pada Januari. Menurut China Real Estate Information Corp, harga rumah yang ada dari proyek populer tertentu di Shanghai melonjak lebih dari 30% tahun lalu

Yakin Bubble?

Analis menilai bubble pada pasar keuangan dan properti di China sepertinya tidak akan mudah terjadi. Mengingat regulasi untuk kebijakan moneter di China tidaklah 'gampangan'.

"Kebijakan moneter China tidak 'semudah' AS dan Eropa ... Komentar terbaru ini akan membuat kekhawatiran pengetatan lebih lanjut," kata Steven Leung, Direktur Eksekutif di Uob Kay Hian Hong Kong Ltd.

"Beijing menyebut reli pasar luar negeri sebagai bubble. (Ini) tidak akan membantu sentimen di saham Hong Kong, yang telah melihat arus masuk yang kuat dari daratan," kata Castor Pang, kepala penelitian di Core Pacific-Yamaichi.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gegara China Lockdown Terus! Resesi Dunia di Depan Mata

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular