Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Maklum, mata uang Tanah Air sudah cukup lama 'teraniaya'.
Pada Rabu (3/3/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.305 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Namun pelemahan rupiah hanya sementara. Pada pukul 09:03 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.290 di mana rupiah menguat 0,07%.
Kemarin, rupiah menutup pasar spot di posisi Rp 14.300/US$. Ini adalah posisi terlemah sejak 5 November 2020.
Dalam sebulan terakhir, rupiah melemah sampai 2% di hadapan dolar AS. Namun depresiasi yang cukup dalam ini membuat rupiah jadi punya ruang untuk bangkit. Rupiah kini sudah 'murah' dan kembali menarik di mata investor.
Sementara dari sisi eksternal, rupiah tertolong oleh penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Selepas menyentuh level tertinggi sejak Februari 2020, yield surat utang pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden terus turun.
Sejak awal tahun ini, yield obligasi pemerintah AS memang cenderung naik. Kenaikan yield menandkan harga obligasi turun karena tekanan jual.
Namun lambat laun kenaikan yield sampai pada titik investor bakal tertarik. Yield US Treasury Bonds tenor 10 tahun sampai di atas 1,5% siapa yang tidak tertarik?
Pelaku pasar tidak tahan lagi. Obligasi pemerintah AS diborong dan kemudian membuat harga naik sehingga yield bergerak ke bawah.
Kini dengan yield yang mulai turun karena harga naik, siklus kembali berputar. Obligasi pemerintah AS jadi kurang menarik karena iming-iming cuannya menurun.
Ke depan, permintaan terhadap obligasi pemerintah AS akan menurun yang otomatis juga akan mengurangi permintaan dolar AS. Ini membuat rupiah punya ruang untuk menyalip.
TIM RISET CNBC INDONESIA