Analisis Teknikal

Sudah Cukup Terpuruk, Rupiah Kini Siap Tembus Rp 14.200/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 March 2021 09:09
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.250/US$, setelah sebelumnya sempat mendekati Rp 14.300/US$.

Rupiah tertekan akibat melambatnya ekspansi sektor manufaktur. IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur Indonesia yang diukur dari Purchasing Managers' Index (PMI) berada di 50,9 untuk periode Februari 2021. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula, jika di atas 50 maka dunia usaha masih melakukan ekspansi.

Akan tetapi, skor PMI manufaktur Tanah Air melorot dibandingkan Januari 2021 yang mencapai 52,2. Pencapaian Januari 2021 adalah yang terbaik dalam 6,5 tahun terakhir.
"Ada sinyal kesehatan sektor manufaktur yang terjadi sejak November 2020 memburuk. Produksi terus naik, hingga empat bulan berturut-turut, tetapi lajunya melambat. Perlambatan produksi berarti ada penurunan pasokan barang jadi," sebut keterangan tertulis IHS Markit.

Andrew Harker, Economics Director IHS Markit, menyatakan bahwa peningkatan kasus positif corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Indonesia masih menjadi faktor utama penghambat aktivitas produksi. Namun walau ada perlambatan, Harker menilai sektor manufaktur Ibu Pertiwi masih tahan banting (resilient).

Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Indonesia periode Februari 2021. Hasilnya tidak jauh dari ekspektasi pasar. Kepala BPS Suhariyanto melaporkan laju inflasi nasional bulan lalu adalah 0,1% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM). Ini membuat inflasi tahunan (year-on-year/YoY) menjadi 1,38%. Rendahnya inflasi menjadi indikasi daya beli masyarakat yang masih lemah.

Namun, kabar baik datang bagi rupiah hari ini, Selasa (2/3/2021), yield obligasi (Treasury) AS yang selama ini menekan rupiah akibat terus menanjak sudah mulai berbalik turun dalam 2 hari terakhir.

Kemarin, yield Treasury tenor 10 tahun turun 2,7 basis poin ke 1,4290%. Pada perdagangan Jumat lalu, yield ini juga menurun 5,9 basis poin. Penurunan berlanjut pagi ini sebesar 1,5 basis poin.

Penurunan yield tersebut juga membuat sentimen pelaku pasar membaik, yang menjadi modal bagi rupiah untuk menguat.

Secara teknikal, tekanan bagi rupiah cukup besar setelah menembus ke atas (moving average/MA) 50 hari atau MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye).

Selama tertahan di atas dua MA tersebut, rupiah cenderung masih tertekan.

Sementara itu, indikator stochastic sudah masuk wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Stochastic sudah memasuki wilayah overbought membuka ruang bangkitnya rupiah.

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.200/US$, yang menjadi target penguatan hari ini. Jika level tersebut berhasil ditembus rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.160/US$ (kisaran MA 100).

Rupiah berpeluang menguat menuju Rp 14.030 (kisaran MA 50) di pekan ini jika mampu menembus dan bertahan di bawah MA 100.

Sementara resisten terdekat berada di kisaran 14.300/US$, jika ditembus rupiah berisiko menuju Rp 14.350/US$ (kisaran MA 200).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article The Fed Tetap Tegas, Rupiah Tetap Liar!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular