Data Ekonomi Mengecewakan, Rupiah Bakal Tembus Rp 14.300/US$?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 March 2021 12:43
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Senin (1/3/2021), nyaris menembus level Rp 14.300/US$. Data ekonomi dari dalam negeri yang mengecewakan memberikan tekanan bagi rupiah.

Melansir data Refinitiv, rupiah sebenarnya membuka perdagangan dengan menguat 0,14% ke Rp 14.220/US$. Tetapi tidak lama, rupiah langsung berbalik melemah hingga 0,35% di Rp 14.290/US$. Rupiah tertahan di level tersebut hingga pukul 12:00 WIB.

Peluang rupiah untuk menguat di sisa perdagangan hari ini cukup berat, terlihat dari kurs rupiah di pasar non-deliverable forward (NDF) yang tidak berbeda jauh antara siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi ini.

PeriodeKurs Pukul 8:54 WIBKurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp14.285,00Rp14.273,2
1 BulanRp14.343,00Rp14.345,0
2 BulanRp14.443,50Rp14.408,2
3 BulanRp14.486,50Rp14.463,3
6 BulanRp14.671,40Rp14.643,1
9 BulanRp14.856,50Rp14.808,4
1 TahunRp15.041,50Rp15.005,9
2 TahunRp15.685,00Rp15.713,0

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Rupiah tertekan akibat melambatnya ekspansi sektor manufaktur. IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur Indonesia yang diukur dari Purchasing Managers' Index (PMI) berada di 50,9 untuk periode Februari 2021. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula, jika di atas 50 maka dunia usaha masih melakukan ekspansi.

Akan tetapi, skor PMI manufaktur Tanah Air melorot dibandingkan Januari 2021 yang mencapai 52,2. Pencapaian Januari 2021 adalah yang terbaik dalam 6,5 tahun terakhir.

"Ada sinyal kesehatan sektor manufaktur yang terjadi sejak November 2020 memburuk. Produksi terus naik, hingga empat bulan berturut-turut, tetapi lajunya melambat. Perlambatan produksi berarti ada penurunan pasokan barang jadi," sebut keterangan tertulis IHS Markit.

Andrew Harker, Economics Director IHS Markit, menyatakan bahwa peningkatan kasus positif corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Indonesia masih menjadi faktor utama penghambat aktivitas produksi. Namun walau ada perlambatan, Harker menilai sektor manufaktur Ibu Pertiwi masih tahan banting (resilient).

Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Indonesia periode Februari 2021. Hasilnya tidak jauh dari ekspektasi pasar..

Pada Senin (1/3/2021), Kepala BPS Suhariyanto melaporkan laju inflasi nasional bulan lalu adalah 0,1% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM). Ini membuat inflasi tahunan (year-on-year/YoY) menjadi 1,38%.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Februari 2021 adalah 0,08% MtM. Sementara dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya adalah 1,36%.

Sedangkan konsensus Reuters memperkirakan inflasi Februari 2021 berada di 0,9% MtM. Inflasi tahunan diperkirakan 1,38%.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article The Fed Tetap Tegas, Rupiah Tetap Liar!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular