Pendapatan Drop di 2020, Laba INCO Melesat 44% Jadi Rp 1,2 T

tahir saleh, CNBC Indonesia
26 February 2021 14:18
A logo of the Brazilian mining company Vale SA is seen in Brumadinho, Brazil January 29, 2019.  REUTERS/Adriano Machado
Foto: VALE (REUTERS/Adriano Machado)

Jakarta, CNBC Indonesia - Laba emiten nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencapai US$ 82,82 juta atau setara dengan Rp 1,16 triliun (kurs Rp 14.000/US$) di tahun pandemi 2020, naik 44,28% dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar US$ 57,40 juta atau setara Rp 804 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan publikasi di Bursa efek Indonesia (BEI), Jumat (26/2/2021), pendapatan turun 2,2% menjadi US$ 764,74 juta atau setara dengan Rp 10,71 triliun dari tahun sebelumnya US$ 782,01 juta atau setara Rp 11 triliun.

Ekuitas perusahaan naik tajam menjadi US$ 2,02 miliar dari US$ 1,92 miliar, sementara kewajiban naik tak signifikan menjadi US$ 294,27 juta dari US$ 280,99 juta.

Manajemen INCO menyatakan Grup mencatat EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) sebesar US$ 273,0 juta atau Rp 3,82 triliun, terutama didorong oleh produksi dan pengiriman nikel yang lebih tinggi dan kemampuan untuk mengelola biaya dengan hati-hati.

Turunnya penjualan sebesar 2,2% disebabkan oleh harga realisasi rata-rata yang lebih rendah. Harga realisasi rata-rata pengiriman nikel matte di tahun 2020 sebesar US$ 10.498 per ton, turun dari level tahun 2019 sebesar AS$10.855 per ton.

Beban pokok pendapatan Grup di tahun 2020 tercatat sebesar US$ 640,4 juta atau 4% turun dari sebelumnya US$ 664,3 juta di tahun 2019.

Penyebab utama turunnya beban pokok pendapatan adalah harga bahan bakar dan batu bara yang lebih rendah. Vale Indonesia telah memproduksi 72.237 metrik ton nikel dalam matte di tahun 2020, 2% lebih tinggi dibandingkan produksi tahun 2019.

"Kami bangga sekaligus berterimakasih atas pencapaian ini," kata Nico Kanter, CEO dan Presiden Direktur INCO dalam keterangan resminya.

"Ini jelas merupakan hasil kerja keras semua karyawan di perusahaan."

Pada 2020, konsumsi HSFO (high sulphur fuel oil) dan diesel mengalami penurunan masing-masing sebesar 8% dan 12%, sementara konsumsi batu bara naik sebesar 15% bila dibandingkan dengan tahun 2019.

Kenaikan konsumsi batu bara ini diimbangi dengan penurunan konsumsi HSFO dan diesel.

Harga HSFO, diesel dan batu bara mengalami penurunan masing-masing sebesar 36%, 31% dan 17%.

Kas dan setara kas perusahaan yang 20% sahamnya dipegang MIND ini mencapai US$ 388,7 juta di tahun lalu, naik sebesar US$ 139,6 juta dari saldo pada 31 Desember 2019.

Nico Kanter menegaskan Vale akan terus melakukan kontrol yang hati-hati atas pengeluaran untuk menjaga ketersediaan kas.

Vale mengeluarkan sekitar US$ 152,1 juta untuk belanja modal tahun ini mengalami penurunan dari yang dikeluarkan pada tahun 2019 sebesar US$ 166,6 juta.

"Perseroan akan tetap fokus pada berbagai inisiatif produktifitas dan penghematan biaya untuk mempertahankan daya saing Perseroan dalam jangka panjang tanpa mengkompromikan nilai utama perseroan, yaitu keselamatan jiwa merupakan hal terpenting dan menjaga kelestarian bumi," katanya.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wuih! 2021, Laba Bersih Vale Indonesia (INCO) Melesat 100%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular