Analisis Teknikal

Duh Ngeri! Ada Tanda Malapetaka Buat IHSG di Sesi 2

Putra, CNBC Indonesia
26 February 2021 13:00
Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (24/11/2020). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia -Bursa saham kawasan Asia terkapar di zona merah pada perdagangan hari ini, Jumat (26/2/2021). Nasib serupa juga dialami pasar modal Tanah Air.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 83,65 poin atau terkoreksi 1,33% ke 6.205,997 di sesi I perdagangan. Sebanyak 109 saham menguat, 372 turun dan 142 stagnan.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi mencapai Rp 9,6 triliun. Asing membukukan aksi beli bersih senilai Rp 72,29 miliar.

Indeks Nikkei225 (Jepang) drop 3%, Hang Seng (Hong Kong) 2,4%, Shang Hai Composite (China) 1,8% dan Straits Times (Singapura) 0,98%. Pemicu terjadinya kebakaran di bursa saham Asia adalah kinerja Wall Street yang sangat mengecewakan.

Pagi tadi tiga indeks utama Bursa New York turun lebih dari 1,5%. Indeks Dow Jones melemah 1,75%. S&P 500 anjlok 2,5% dan Nasdaq Compsiteanjlok paling parah dengan koreksi 3,5%.

Penyebab utama harga saham-saham di AS berguguran masih sama yaitu kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Imbal hasil nominal untuk US Treasury tersebut kini sudah tembus 1,5% sekaligus menjadi level tertinggi dalam satu tahun.

Kenaikan yield tersebut membuat harga saham berjatuhan karena dua hal. Yield yang lebih tinggi ini merefleksikan ekspektasi inflasi yang tinggi sebagai akibat dari pulihnya permintaan dan ekonomi.

Dengan yield yang tinggi maka biaya pinjaman (borrowing cost) menjadi lebih mahal terutama untuk saham-saham di sektor teknologi yang aktif melakukan ekspansi lewat pembiayaan utang.

Kedua, kenaikan yield kini sudah melampaui dividend yield dari indeks S&P 500. Ini yang membuat pasar akhirnya goyang lagi. Padahal selama ini saham merupakan aset yang lebih berisiko tetapi kini imbal hasilnya malah lebih rendah dari obligasi sehingga menjadi kurang menarik.

Analisis Teknikal

Teknikal IHSGFoto: Tri Putra/CNBC Indonesia
Teknikal IHSG

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas bawah dengan BB yang kembali menyempit maka pergerakan IHSG selanjutnya cenderung terkoreksi.

Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 6.266. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 6.191.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 36 yang belum menunjukkan adanya indikator jenuh beli ataupun jenuh jual, akan tetapi RSI terkonsolidasi turun setelah sebelumnya menyentuh level jenuh beli sehingga menandakan IHSG akan terkoreksi.

Indikator Candlestick menunjukkan adanya pola bearish harami, yang mengindikasikan potensi koreksi lanjutan sangat terbuka

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB di batas tbawah, maka pergerakan selanjutnya cenderung bearish. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator RSI yang terkonsilidasi turun dan munculnya candlestick bearish harami.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBCINDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular