
Disuntik SWF Singapura, Saham ARTO Malah Drop 4% Lebih

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana abadi atau Sovereign Wealth Fund asal Singapura GIC Private Limited bakal menjadi salah satu pemegang saham PT Bank Jago Tbk (ARTO), akan masuk melalui Penambahan Modal dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu II (rights issue).
Menurut prospektus perusahaan, GIC nantinya akan menyerap sebanyak 1,19 miliar unit saham baru dan merogoh kocek hingga Rp 3,15 triliun.
Namun kabar penambahan modal tersebut tidak berdampak positif ke harga saham. Saham Bank Jago pada sesi I, malah anjlok 4,11% ke level 9.925/unit, dengan nilai transaksi Rp 50,90 miliar dengan volume 5,06 juta.
Wakil Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung mengatakan GIC merupakan salah satu dari beberapa investor institusi yang menyatakan minatnya untuk masuk sebagai salah satu pemegang saham perusahaan.
"Ada beberapa investor institusi, fund manager, asuransi, dana pensiun dan sebagainya yang menyatakan minat. Di prospektus yang besar itu GIC Singapura. Mereka katakan tertarik kalau misalnya mereka akan invest Rp 3,15 triliun, jadi dari Rp 7 triliun itu 11%-an," kata Arief di kantornya, Jumat (26/2/2021).
"Di samping itu banyak, tapi itu yang paling besar," imbuhnya.
Dia menyebutkan, tingginya minat investor, termasuk lantaran Bank Jago merupakan bank digital pertama di Indonesia, dibarengi dengan potensi pasar yang besar.
"Investor itu masuk sebenarnya karena tertarik dengan apa yang akan kita lakukan ... bukan kita menjalan apa yang investor inginkan," kata dia.
Di samping itu perusahaan juga telah membangun ekosistem keuangan dengan partner-partnernya yang sudah mulai berjalan saat ini.
"Target saat ini justru kita baru mulai, tadi sudah ada beberapa partner yang sudah berjalan. Mereka ada ekosistem besar there is a chance melayani dengan baik dan produk cocok dengan pengguna, tentu nasabah kita bisa jutaan. Tapi kalau jumlah too early, kata dia.
Secara garis besar, ke depan bisnis perusahaan akan mengembangkan partnership lending dan terus melakukan kolaborasi dengan ekosistem digital.
"Dengan kita sharing dengan investor tersebut, mereka melihat konsisten juga dengan mereka punya understanding market di Indonesia sehingga mereka tertarik untuk join," tandasnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Bank Jago Indra Gupta Siregar mengatakan Bank Jago membentuk unit usaha syariah (UUS) sebagai salah satu bentuk pengembangan bisnis perusahaan.
"Kami melihat juga strategi jangka panjang buka UUS," kata Kharim di kantornya, Jumat (26/2/2021).
Pengembangan bisnis syariah ini akan dilakukan perusahaan dengan menggunakan dana hasil Penambahan Modal dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu II (rights issue) tahun ini.
Dalam keterbukaan informasi yang dirilis perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan menyebutkan bahwa 97% dana hasil aksi korporasi akan digunakan salah satunya untuk mengembangkan bisnis keuangan syariah melalui.
Bisnis pembiayaan syariah juga akan menargetkan nasabah-nasabah syariah.
"Sekitar 2% akan digunakan untuk investasi di infrastruktur Teknologi Informasi; dan Perseroan akan mengembangkan sistem, teknologi dan infrastruktur untuk digital banking yang melayani segmen ritel, SME, individual dan nasabah syariah," ungkap keterbukaan informasi tersebut.
Adapun rencananya perusahaan akan melaksanakan rights issue ini pada bulan depan dengan recording date akan dilakukan pada 8 Maret 2021 untuk mendapatkan hak atas aksi korporasi ini.
Kemudian tanggal perdagangan terakhir (cum rights) untuk pasar reguler akan jatuh pada 4 Maret dan untuk pasar nego dan pasar tunai pada 8 Maret.
Pendistribusian saham akan dilakukan pada 9 Maret selanjutnya pencatatan saham baru ini akan dilakukan pada 10 Maret 2021.
Perusahaan akan menerbitkan sebanyak 3 miliar saham baru di harga eksekusi Rp 2.350 per saham. Bila semua HMETD dilaksanakan, maka Bank Jago akan meraih dana segar Rp 7,05 triliun.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Impor Batu Bara RI, Saham Batu Bara Meledak