Akhirnya Harga Batu Bara Tembus US$ 80/Ton Lagi

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
26 February 2021 13:33
Pekerja melakukan bongkar muat batu bara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (23/2/2021). Pemerintah telah mengeluarkan peraturan turunan dari Undang-Undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Adapun salah satunya Peraturan Pemerintah yang diterbitkan yaitu Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu Bara di Terminal Tanjung Priok. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Volatilitas harga batu bara terbilang tinggi di sepanjang tahun 2021 ini. Harga kontrak futures (berjangka) batu bara ICE Newcastle bergerak di rentang US$ 76 - US$ 91 per ton dalam dua bulan terakhir. 

Usai tertekan hebat dalam dua minggu terakhir. Harga kontrak batu bara termal yang aktif diperjualbelikan di bursa berjangka tersebut menunjukkan tanda rebound. Pada perdagangan kemarin harga si batu legam naik 2,41% dan tembus US$ 80,9/ton.

Tahun ini dinilai akan menjadi tahun di mana harga-harga komoditas mengalami kenaikan. Era suku bunga rendah dan harga yang sudah tertekan lama menjadi katalis positifnya. Apalagi pasokan berbagai komoditas juga mengalami penurunan akibat faktor cuaca dan pandemi Covid-19.

Tren penurunan harga batu bara dalam dua pekan terakhir tak terlepas dari koreksi 

harga batu bara termal China Qinhuangdao. Setelah meroket tajam harga batu bara lokal Negeri Panda akhirnya turun signifikan. Namun masih berada di atas batas tertinggi yang ditetapkan pemerintah yaitu RMB 570/ton.

Jelang periode berakhirnya musim dingin, harga batu bara biasanya melandai. Apalagi China juga sudah berupaya untuk mendongkrak produksi serta merelaksasi kebijakan impornya guna menanggulangi ketatnya pasokan saat permintaan sedang mencapai puncaknya di musim dingin.

Harga gas alam cair (LNG) yang juga menjadi substitusi batu bara juga sudah turun. Harga LNG Asia kini sudah di US$ 6,4/mmBtu. Sebelumnya harga sembat melesat signifikan dan hampir menyentuh US$ 30/mmBtu.

Harga LNG yang tinggi akan cenderung mendukung konsumen sumber energi primer terutama untuk pembangkit listrik beralih ke batu bara. Hal ini tentu berakibat pada naiknya permintaan dan terdongkraknya harga.

Kenaikan harga batu bara yang signifikan juga membuat para produsen kemungkinan akan meningkatkan produksinya setelah dua tahun terakhir harga si batu hitam cenderung tertekan. 

Di Indonesia misalnya, harga batu bara acuan (HBA) untuk bulan Februari ditetapkan US$ 87,79/ton oleh Kementerian ESDM. Harganya naik 15% (mom) dibanding bulan Januari yang hanya US$ 75,84/ton.

Sebenarnya tidak hanya batu bara saja yang harganya naik. Harga logam dasar seperti nikel hingga tembaga juga ikut terkerek naik. Kenaikan harga komoditas tersebut akan menguntungkan bagi Indonesia mengingat logam dasar juga menjadi komoditas unggulan ekspor RI.

Realisasi produksi batu bara tahun lalu mencapai 557,4 juta ton. Masih tinggi meskipun ada penurunan harga. Target produksi tahun 2021 dipatok sebesar 550 juta ton. Namun karena ada kenaikan harga ada peluang realisasi produksinya lebih tinggi dari tahun 2020.

Kenaikan output dari para produsen akan turut membuat titik keseimbangan tercapai. Namun prospek perekonomian yang lebih baik terutama ditopang oleh ekspansi ekonomi China, rata-rata harga batu bara tahun ini diramal lebih tinggi dari tahun 2020.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Baru juga Tembus US$ 85/ton, Batu Bara Akhirnya Balik Arah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular