Liar! Dolar Australia Jeblok 1% Lebih Usai Dekati Rp 11.300

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 February 2021 11:28
An Australia Dollar note is seen in this illustration photo June 1, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia bergerak liar melawan rupiah sejak Kamis kemarin hingga perdagangan hari ini, Jumat (26/02/2021).

Kemarin, dolar Australia sempat menguat 0,86% mendekati Rp 11.300/US$, yang merupakan level tertinggi nyaris 7 tahun terakhir. Namun, setelahnya Mata Uang Negeri Kanguru ini berbalik jeblok hingga 1,2% dan mengakhiri perdagangan di Rp 11.083,78/AU$.

Pergerakan liar masih berlanjut pagi ini, dolar Australia sempat merosot 0,64% dan nyaris ke bawah Rp 11.000/AU$, sebelum berbalik menguat 0,71% ke Rp 11.162,62/AU$ pada pukul 10:48 WIB.

Tingginya kurs dolar Australia tentunya memicu aksi ambil untung (profit taking) yang membuatnya jeblok hingga nyaris ke bawah Rp 11.000/AU$. Namun, outlook perekonomian yang lebih baik, serta kenaikan harga komoditas kembali membawanya naik.

Biro Statistik Australia pada Kamis (18/2/2021) lalu melaporkan tingkat pengangguran turun 6,4% di bulan Januari, dari bulan sebelumnya 6,6%. Tingkat pengangguran tersebut merupakan yang terendah sejak April 2020.

Selain itu, sepanjang bulan Januari terjadi perekrutan tenaga kerja sebanyak 29.100 orang. Artinya, perekonomian Australia mulai bergeliat setelah mengalami resesi terparah sepanjang sejarah akibat serangan virus corona (Covid-19).

National Australia Bank (NAB) yang proyeksi terbarunya menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Negeri Kanguru menjadi 5% di tahun ini.

"Kami merevisi perkiraan produk domestik bruto (PDB) tahun 2021 menjadi 5% dari sebelumnya 4,5%, dan untuk tahun 2022 sebesar 3,9%," kata ekonom Tonu Kelly, ekonom NAB sebagaimana dilansir ABC, Rabu (24/2/2021).

Sementara itu, Harga komoditas ekspor utama Australia, bijih besi, mengalami kenaikan luar biasa. Saat ini diperdagangkan di kisaran US$ 170/ton, sementara satu tahun lalu masih di kisaran US$ 90/ton. Artinya harga bijih besi naik nyaris 100%.

Selain bijih besi, harga tembaga juga meroket ke US$ 9.000/ton untuk pertama kalinya sejak tahun 2011 Senin kemarin. Kemudian nikel diperdagangkan di atas US$ 20.000/ton, pertama kalinya sejak 2014.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular