Bos BRI: Pertumbuhan Kredit Bukan Selalu Soal Bunga

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), Sunarso mengatakan bahwa sasaran yang dicapai saat ini adalah bukan penurunan suku bunga, melainkan menumbuhkan kredit perbankan dan perekonomian nasional.
"Menumbuhkan GDP ekonomi dengan menumbuhkan kredit. Menumbuhkan kredit dengan menurunkan suku bunga. Kata kunci orkestrasi semua faktor yang bisa mendorong pertumbuhan kredit dan bisa menumbuhkan ekonomi," katanya dalam CNBC Indonesia Economic Outlook 2021 di Jakarta, Kamis (25/2/2021).
Dia menegaskan tantangan dalam menumbuhkan kredit memang bukanlah menurunkan suku bunga. Data sebelum tahun 2015, lanjutnya, dengan suku bunga 22% kredit tumbuh 22-25%.
Penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) yang jumlahnya mencapai ratusan triliun, bunganya pernah diturunkan menjadi 7%, di mana angka tersebut yang dibayarkan nasabah dan sisanya merupakan subsidi.
"Secara total, (suku bunga) 15% turun dari 22%. Ketika subsidi bunga 7% itulah pertumbuhan kredit tidak pernah sampai double digit. Hanya 8%. Pernah double digit 2018, artinya harus disimpulkan pertumbuhan kredit tidak semata-mata didorong oleh penurunan suku bunga," jelasnya.
Sebelumnya, sepanjang tahun 2020 lalu BRI telah menurunkan 75 bps - 150 bps, bahkan khusus untuk restrukturisasi keringanan suku bunga, BRI menurunkan antara 300 bps - 500 bps.
Penurunan suku bunga ini salah satunya disebabkan oleh penurunan biaya dana (cost of fund) dimana hingga akhir Desember 2020 COF BRI tercatat sebesar 3,22 persen atau turun sebanyak 36 basis point dibandingkan dengan COF BRI pada akhir Desember 2019.
Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan bahwa BRI terus melakukan review suku bunga secara berkala dan terus membuka ruang penurunan suku bunga. "Tahun ini kami proyeksikan akan dilakukan penurunan suku bunga sebesar 25 bps mengikuti penurunan BI 7 Days Repo Rate," tambahnya.
Aestika juga menjelaskan bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan kredit, penurunan suku bunga pinjaman bukan menjadi satu-satunya variabel. Berdasarkan perhitungan model ekonometrika, variabel paling sensitif atau elastisitasnya paling tinggi terhadap pertumbuhan kredit adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat.
Oleh karenanya BRI berkomitmen untuk terus menjadi mitra strategis pemerintah dalam kaitannya dalam penyaluran berbagai stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan tujuan meningkatkan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat yang pada ujungnya diharapkan mampu mengerek demand kredit nasional.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siap-Siap! BRI Turunkan Bunga Kredit Akhir Bulan Ini