PDB Singapura Diramal Tumbuh hingga 6%, Dolarnya Naik Terus

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 February 2021 14:32
Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat melawan rupiah pada perdagangan Kamis (25/02/2021). Pemulihan ekonomi Negeri Merlion yang lebih cepat ketimbang Indonesia menopang penguatan mata uangnya.

Pada pukul 13.36 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.679,61, dolar Singapura menguat 0,11% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Posisi tersebut tidak jauh dari level tertinggi 3 bulan yang dicapai awal pekan ini.

Dolar Singapura sudah mulai menguat melawan rupiah sejak pekan lalu setelah Kementerian Industri dan Perdagangan memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) tahun 2021 tumbuh 4% sampai 6% di tahun ini.

Data terbaru yang dirilis pekan lalu menunjukkan ekspor non-minyak Singapura bulan Januari naik 12,8% year-on-year (YoY), dan sudah naik dalam 2 bulan beruntun.

Hal tersebut tentunya menjadi kabar bagus, permintaan dari negara mitra dagang Singapura sudah mulai pulih, apalagi kenaikan ekspor tersebut lebih tinggi dari konsensus 5,4% di Trading Economics.

Kenaikan ekspor tersebut terutama didorong oleh pengiriman mesin, emas non moneter, pertrokimia, dan barang-barang elektronik, sebagaimana dilansir The Strait Times, Rabu (17/2/2021).

Ekonom UOB, Barnabas Gas mengatakan, tingginya ekspor menguatkan pandangan UOB jika pemulihan ekonomi global serta naiknya harga minyak mentah akan memberikan momentum bagi ekspor Singapura.

Singapura merupakan negara yang mengandalkan ekspor guna memutar roda perekonomiannya. Pada 2019, rasio ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura adalah 104,91%. Singapura menjadi negara dengan rasio ekspor terhadap PDB terbesar di dunia. Artinya, ketika ekspornya mulai pulih, maka pertumbuhan ekonomi juga akan bangkit.

Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) pada pekan lalu merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional 2021 menjadi 4,3-5,3% dari yang sebelumnya 4,8-5,8%.

"Pada 2021 BI perkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kisaran 4,3-5,3%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual, Kamis (18/2/2021).

Penurunan proyeksi tersebut dikarenakan rendahnya realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2020. Sehingga secara keseluruhan tahun 2020 terjadi kontraksi ekonomi sebesar 2,07%.

Perry menyebutkan ekonomi Indonesia ke depan sangat bergantung kepada pemulihan ekonomi global dan program vaksinasi nasional yang ditargetkan pemerintah selesai pada akhir 2021.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Singapura Tumbuh Tinggi, Dolarnya Makin Mahal dong?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular