Buset! Bank Mini Menggila Lagi, Berada di Top Gainers

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah ditutup di zona merah pada akhir perdagangan kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat di zona hijau pada sesi I perdagangan hari ini.
IHSG ditutup 0,53% ke level 6.283,88 pada penutupan sesi I perdagangan, Kamis (25/2/2021).
Menurut data BEI, ada 285 saham naik, 168 saham merosot dan 169 saham stagnan, dengan nilai transaksi mencapai Rp 8,93 triliun dan volume perdagangan mencapai 16,1 miliar saham.
Investor asing pasar saham tercatat keluar dari Indonesia dengan catatan jual bersih asing mencapai Rp 145,78 miliar di pasar reguler. Sementara, asing mencatatkan beli bersih di pasar negosiasi dan pasar tunai sebesar Rp21,72 miliar.
Berikut 5 saham top gainers dan losers sesi I hari ini (25/2).
Top gainers
Bank Ganesha (BGTG), saham +26,92% Rp 165, transaksi Rp 73,3 M
Bank Capital Indonesia (BACA), +25,00% Rp 775, transaksi Rp M
Bank Artha Graha Internasional (INPC), +17,60% Rp 147, transaksi Rp 43,8 M
Mahaka Radio Integra (MARI), +16,49% Rp 226, transaksi Rp 73,6 M
Bank Net Indonesia Syariah (BANK), +15,41% Rp 2.060, transaksi Rp 194,8 M
Top losers
Sumber Global Energy, saham -6,80% Rp 480, transaksi Rp 12,9 M
Diagnos Laboratorium Utama (DGNS), -6,62% Rp 705, transaksi Rp 16,7 M
MNC Land (KPIG), -3,55% Rp 136, transaksi Rp 8,5 M
Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (BJTM), -2,82% Rp 860, transaksi Rp 88,5 M
Ace Hardware Indonesia (ACES) , -2,76% Rp 1.585, transaksi Rp 57,2 M
Seperti kemarin (24/2/2021), top gainers pada sesi I ini lagi-lagi didominasi oleh saham-saham bank mini atau bank kategori BUKU II (bank umum kelompok usaha dengan modal inti Rp 1-5 triliun).
Menurut data BEI, saham BGTG mencatatkan kenaikan paling tinggi di antara saham lainnya, yakni sebesar 26,92% Rp 165 dengan transaksi Rp 73,3 miliar. Saham bank yang didirikan pada 1991 ini tercatat sudah menguat secara berturut-turut sejak awal pekan ini, Senin (22/2/2021).
Melesatnya harga saham-saham bank mini di atas tampaknya masih didorong oleh sentimen konsolidasi perbankan yang mewajibkan modal inti bank minimal Rp 2 triliun di tahun ini oleh OJK.
Menurut Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2020, bank diharuskan memiliki modal inti minimum bank umum sebesar Rp 1 triliun tahun 2020, Rp 2 triliun pada 2021 dan minimal Rp 3 triliun tahun 2022, sehingga, ada spekulasi, bank-bank yang belum memenuhi ketentuan harus melakukan merger atau akuisisi atau penambahan modal dari pemilik bank tersebut.
Sinyal akan lebih ramainya aksi korporasi berupa merger pada tahun ini sempat dihembuskan Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso.
Menurut Wimboh, dengan mempertimbangkan persaingan industri jasa keuangan ke depan yang akan semakin ketat dengan era digitalisasi, kebutuhan modal juga harus semakin kuat, terutama di sektor perbankan.
"Trennya [di 2021] akan lebih banyak lagi bank yang melakukan akuisisi dan merger," kata Wimboh, dalam pemaparan secara virtual, Selasa (26/1/2021).
Menurut Wimboh, tren konsolidasi industri jasa keuangan diyakini akan lebih cepat dengan. Hal ini terlihat dari belakangan ini ada 4 bank yang sudah melakukan merger untuk meningkatkan daya saingnya di industri.
"4 bank merger dalam rangka itu, apabila bisa memenuhi sendiri silakan. Permodalan ini suatu proses yang dinamis karena kompetisi akan berat dengan teknologi," ujarnya.
[Gambas:Video CNBC]
Saham Emiten Patrick Walujo-Sandi Juara, Giliran BGTG Ambyar!
(adf/adf)