
Bos The Fed Belum Mau Ubah Kebijakan, Pasar tak Percaya?

Yield obligasi (Treasury) AS belakangan ini terus melesat naik, yang membuat bursa saham kesulitan menguat, mata uang emerging market seperti rupiah juga dalam tekanan.
Yield Treasury tenor 10 tahun sudah berada di level tertinggi sejak Februari 2020, atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi.
Meski demikian, hari ini yield tersebut turun 2,9 basis poin ke 1,3348%
Salah satu penyebab kenaikan yield tersebut adalah inflasi di AS yang diperkirakan akan meroket, sebab dengan The Fed yang masih membanjiri perekonian dengan likuditas, pemerintah AS juga berencana menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun.
Ketika itu terjadi, jumlah uang tunai yang beredar akan semakin bertambah, dan inflasi berisiko melesat.
Stimulus senilai US$ 1,9 triliun akan menjadi yang terbesar kedua sepanjang sejarah AS, setelah US$ 2 triliun yang digelontorkan pada bulan Maret 2020 lalu.
House of Representative (DPR) AS akan melakukan voting terhadap proposal stimulus senilai US$ 1,9 triliun tersebut di pekan ini. Jika berhasil disetujui, maka proposal tersebut selanjutnya akan diserahkan ke Senat.
Stimulus tersebut diharapkan bisa cair sebelum pertengahan Maret, dimana stimulus fiskal yang ada saat ini akan berakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]