
Perusahaan Menara Milik Djarum Ngutang ke Maybank Rp 500 M

Jakarta, CNBC Indonesia - Anak usaha perusahaan infrastruktur telekomunikasi PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) mendapatkan kredit pinjaman bergulir senilai total Rp 500 miliar dari PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII). Pinjaman ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja.
Berdasarkan keterbukaan informasi yang dirilis perusahaan, anak usaha yang dimaksud adalah PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo).
Seluruh dana ini oleh kedua perusahaan akan digunakan untuk mendukung kebutuhan modal kerja dan/atau untuk kebutuhan umum perusahaan.
Pinjaman ini ditandatangani pada 19 Februari 2021 dengan tajuk Perjanjian Kredit Pinjaman Bergulir No. 61/PK/CDU1/2021.
"Protelindo dan Iforte memiliki kewajiban tanggung renteng sehubungan dengan perjanjian kredit ini," tulis keterbukaan tersebut, dikutip Rabu (24/2/2021).
Disebutkan bahwa pertimbangan tanggung renteng ini dilakukan karena Protelindo bertanggungjawab atas kewajiban PT Iforte Solusi Infotek sebagai anak usahanya. Sehingga fasilitas pinjaman ini bisa digunakan juga oleh anak usahanya ini.
"Pemberian pinjaman ini diharapkan dapat menunjang kegiatan usaha Iforte dan Protelindo dan secara konsolidasi juga akan berdampak positif bagi Perseroan," tulis keterbukaan tersebut.
Tahun ini perusahaan telko milik grup Djarum ini tengah berfokus untuk meningkatkan fiberisasi antarmenara sejak tahun lalu. Perusahaan telah mempersiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp 3,25 triliun yang bersumber dari dana internal perusahaan.
"Untuk sumber capex saat ini perusahaan dalam kondisi likuiditas baik. Per September 2020 annualize recurring free cash flow sebesar Rp 4,5 triliun. Jadi capex Rp 3,25 triliun itu comfortable dari operasional," kata Adam Ghifari, Wakil Direktur Utama Sarana Menara Nusantara beberapa waktu lalu.
Fokus perusahaan di tahun ini adalah untuk meningkatkan fiberisasi antarmenara yang sudah mulai ditingkatkan sejak tahun lalu.
Hingga akhir 2020, pertumbuhan fiberisasi ini tumbuh sampai 40%-50%, dibanding pertumbuhan tower baru yang sebesar 10%.
"Penambahan tower tambah banyak tapi pertumbuhan terbesar yang dibutuhkan saat ini fiberisasi tower jadi di 2020 asetnya saja tumbuh 40%-50%, tower hanya 10%. Tapi 2020 ini pertumbuhan yang operator banyak minta adalah fiberisasi," kata dia.
Sedangkan penambahan menara telekomunikasi di tahun ini ditargetkan sebanyak 500-1.000 menara baru. Sedangkan untuk target co-location tahun ini ditargetkan pertumbuhannya sebanyak 2.000-3.000.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dicaplok Grup Djarum, SUPR Dapat Utang dari JPMorgan Rp 700 M