Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan penyaluran kredit perbankan masih saja lesu. Pertumbuhan kredit terus mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi) selama lima bulan beruntun.
Bank Indonesia (BI) melaporkan penyaluran kredit pada Januari 2021 adalah Rp 5.399,1 triliun. Turun 2,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).
Pertumbuhan kredit perbankan sudah terkontraksi sejak September 2020. Artinya, kredit terus turun selama lima bulan berturut-turut.
Berdasarkan jenis penggunaan, seluruh kredit tumbuh negatif pada Januari 2021. Kredit Modal Kerja (KMK) tumbuh -3,5% YoY, Kredit Investasi (KI) -0,9% YoY, dan Kredit Konsumsi (KK) -1% YoY. Khusus untuk KK, kontraksi pada Januari 2021 lebih dalam ketimbang bulan sebelumnya.
 Sumber: BI |
Dari sisi suku bunga, simpanan masih melanjutkan tren penurunan. Rata-rata suku bunga deposito tenor sebulan (acuan pembentukan biaya dana perbankan) pada Januari 2021 ada di 4,07%, turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 4,25%.
Akan tetapi, koreksi suku bunga simpanan belum diikuti oleh bunga kredit. Rata-rata tertimbang suku bunga kredit pada Januari 2021 adalah 9,68%, relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya.
Halaman Selanjutnya --> Bunga Kredit Harus Turun!
Untuk mendongrak penyaluran kredit, terutama KK, BI akan melonggarkan ketentuan uang muka Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Mulai 1 Maret 2021, konsumen yang ingin mengajukan KKB dan KPR bisa bebas dari uang muka. Seluruh pembiayaan ditanggung oleh bank, konsumen tinggal membayar cicilan bulanan tanpa perlu menyiapkan uang jutaan rupiah di depan.
Namun sepertinya itu belum cukup. Seperti yang sudah disinggung, bunga kredit masih tinggi, belum bisa turun secepat suku bunga acuan dan simpanan.
"Longgarnya likuiditas dan penurunan suku bunga acuan sebesar 125 basis poin (bps) sepanjang 2020 mendorong rendahnya rata-rata suku bunga Pasar Uang Antar-Bank (PUAB) overnight sekitar 3,04%. Suku bunga deposito satu bulan juga telah menurun sebesar 181 bps ke level 4,27% pada Desember 2020. Namun demikian, penurunan suku bunga kredit masih cenderung terbatas, yaitu hanya sebesar 83 bps ke level 9,70% selama 2020," sebut keterangan tertulis hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI edisi Februari 2020.
 Sumber: BI |
Oleh karena itu, ruang penurunan suku bunga kredit masih sangat terbuka. Untuk mempercepat itu, BI akan 'turun gunung' dan memantau perkembangan kecepatan penurunan suku bunga kredit.
Sejauh ini hasilnya belum menggembirakan. Selisih antara Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) dengan suku bunga acuan dan deposito tenor sebulan masih tinggi.
"Selama 2020, di tengah penurunan suku bunga kebijakan dan deposito satu bulan, SBDK perbankan baru turun sebesar 75 bps menjadi 10,11%. Hal ini menyebabkan tingginya spread SBDK dengan suku bunga BI7DRR dan deposito satu bulan masing-masing sebesar 6,36% dan 5,84%. Bank Indonesia mengharapkan perbankan dapat mempercepat penurunan suku bunga kredit sebagai upaya bersama untuk mendorong kredit/pembiayaan bagi dunia usaha dan pemulihan ekonomi nasional," tegas Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG Februari 2021.
Well, BI sudah memberikan berbagai dorongan mulai dari pemotongan suku bunga acuan serta pelonggaran uang muka KPR-KKB. Kini 'bola' ada di perbankan.
TIM RISET CNBC INDONESIA