Ada Paket Triple Combo, Saham Perbankan Terbang!

Putra, CNBC Indonesia
22 February 2021 10:13
Warga mempelajari platform investasi di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (24/11/2020). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Pengunjung mempelajari platform investasi digital di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham perbankan raksasa bergerak menghijau pada perdagangan hari ini merespons tiga sentimen positif yang datang bersamaan dengan rilis hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) Kamis kemarin (18/2/21).

Kabar baik pertama dari RDG BI datang dalam bentuk pemotongan suku bunga acuan dimana tentunya hal ini akan menguntungkan perbankan yang bisa meningkatkan kreditnya karena suku bunga rendah akan lebih diminati oleh masyarakat.

Selain itu perbankan juga diuntungkan dimana kredit konsumsi berpotensi naik setelah pemerintah menghapus PPnBM mobil dibawah 1500 cc serta BI yang memutuskan untuk membebaskan uang muka atau (down payment/DP) 0% bagi Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Meskipun demikian, kabar buruk muncul setelah BI merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional 2021 menjadi 4,3-5,3% dari yang sebelumnya 4,8-5,8%.

Simak gerak saham perbankan raksasa pada perdagangan hari ini.

Terpantau berberapa perbankan raksasa alias Bank BUKU IV (bank dengan modal inti di atas Rp 30 triiun) seluruhnya bergerak menghijau merespons hasil RDG BI, hanya 1 perbankan yang stagnan, dan 1 yang terkoreksi.

Kenaikan paling kencang dibukukan oleh PT Bank Permata Tbk (BNLI) yang melesat 1,69% ke level Rp 2.410/unit. Selanjutnya di posisi kedua bank raksasa lain dengan kapitalisasi pasar terbesar keduai di bursa yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga terparesiasi 1,04% ke level Rp 4.840/unit.

Perbankan raksasa lain PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,22% sedangkan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menanjak 0,39%.

Sementara itu bank lain yang terkoreksi hanya PT Bank Danamon Tbk (BDMN) yang baru saja merilis laporan keuangan tahunanya dimana laba bersih perseroan anjlok 70% lebih hingga tersisa sekitar Rp 1 triliun. BDMN terkoreksi 0,31%.

Selanjutnya perbankan raksasa yang stagnan adalah PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) yang diam di level Rp 1.130/unit.

Sebelumnya,Bank Indonesia (BI) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional 2021 menjadi 4,3-5,3% dari yang sebelumnya 4,8-5,8%.

"Pada 2021 BI perkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kisaran 4,3-5,3%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual, Kamis (18/2/2021).

Penurunan proyeksi tersebut dikarenakan rendahnya realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2020. Sehinggasecara keseluruhan tahun 2020 terjadi kontraksi ekonomi sebesar 2,07%.

Perry menyebutkan ekonomi Indonesia ke depan sangat bergantung kepada pemulihan ekonomi global dan program vaksinasi nasional yang ditargetkan pemerintah selesai pada akhir 2021.

BI turut mendorong ekonomi dengan sinergi bersama pemerintah.

"Sinergi 5 aspek pembukaan sektor produktif aman, akselerasi stimulus fiskal, peningkatan kredit dari perbankan dan sektor keuangan, berlanjutnya stimulus moneter dan makroprudensial, percepatan digitalisasi," jelas Perry.

Selanjutnya, Bank Indonesia (BI) juga mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Februari 2021. Gubernur Perry Warjiyo dan kolega memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 17-18 Februari 2021 memutuskan untuk menurunkan BI 7 Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,5%,suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bungaLending Facilitysebesar 4,25%," kata Perry usai RDG, Kamis(18/2/2021).

Keputusan ini sudah diperkirakan oleh pelaku pasar.Keputusan yang dibicarakan Perry sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia.

Tahun lalu, BI menurunkan suku bunga acuan sebanyak 125 bps. Penurunan hari ini menjadi yang pertama pada 2021.

Relaksasi OJK

Untuk perbankan, OJK memberikan relaksasi untuk penurunan bobot risiko kredit atau Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR )menjadi 50% bagi Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dari sebelumnya 100%.

Disebutkan bahwa hanya perbankan dengan profil risiko 1 dan 2 yang bisa memberikan kredit kendaraan bermotor dengan DP 0%.

"Untuk kredit kepada produsen Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) telah mendapat pengecualian batas maksimum pemberian kredit (BMPK), penilaian kualitas aset 1 (satu) pilar. Selanjutnya, untuk penilaian ATMR Kredit diturunkan menjadi 50% dari semula 75%," tulis keterangan tersebut.

Adapun untuk kredit pemilikan rumah, penurunan risiko ATMR disesuaikan dengan rasio Loan to Value (LTV) sebagai berikut:

  • Uang Muka 0-30% (LTV ≥70%) tingkat ATMR 35%
  • Uang Muka 30-50% (LTV 50-70%) tingkat ATMR 25%
  • Uang Muka ≥ 50% (LTV ≤ 50%) tingkat ATMR 20%

Untuk pemberian kredit ke sektor kesehatan, OJK menetapkan bahwa kredit untuk sektor kesehatan dikenakan bobot risiko sebesar 50% dari sebelumnya 100%.

Di sektor industri keuangan non bank (IKNB) untuk perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor dilakukan penurunan ATMR menjadi 25%-50% dari sebelumnya 37,5%-75% untuk pembiayaan multiguna.

Kebijakan ATMR 0% dikhususkan untuk program kepemilikan kendaraan bermotor bagi perusahaan yang memiliki Car Ownership Program (COP).

Kemudian, tak semua perusahaan pembiayaan bisa memberikan uang muka pembiayaan kendaraan bermotor sebesar 0%. Hanya perusahaan yang memenuhi kriteria tingkat kesehatan tertentu yang bisa memberikan fasilitas ini.

Sedangkan untuk kredit beragun rumah tinggal, tingkat ATMR-nya tidak berbeda dengan bobot risiko ATMR di sektor perbankan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular