Harga Minyak Sudah Meroket 11%, Investor 'Gatal' Serok Cuan

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 February 2021 08:00
FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo
Foto: Ilustrasi minyak mentah (REUTERS/Brendan McDermid)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia bergerak ke selatan alias turun sepanjang pekan ini. Sepertinya investor mulai mencairkan keuntungan karena harga si emas hitam sudah melesat sejak awal tahun.

Sepanjang minggu ini, harga minyak jenis brent terkoreksi 0,87% secara point-to-point. Sementara yang jenis brent turun 0,37%.

Penurunan ini bisa dimaklumi karena harga minyak sudah melonjak tajam. Sejak awal tahun, harga brent melejit 11,73% sedangkan light sweet terdongkrak 10,58%.

"Kalau dilihat, terutama bulan ini, harga minyak terakselerasi dengan cepat. Jadi sangat wajar harga kemudian bergerak mundur," ujar Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates, seperti dikutip dari Reuters.

Ke depan, prospek harga minyak diperkirakan tetap cerah. Goldman Sachs memperkirakan harga minyak bisa menyentuh kisaran US$ 65/barel pada Juli 2021. Penyebabnya adalah permintaan meningkat sementara pasokan relatif terbatas.

Pada kuartal IV-2020, Goldman menghitung neto permintaan-pasokan mengalami defisit 2,3 juta barel per hari. Untuk kuartal I-2021, diperkirakan terjadi defisit 900.000 barel per hari karena ada peningkatan produksi sebanyak 500.000 barel/hari.

Prospek ini membuat investor ramai-ramai memburu minyak. US Commodity and Futures Trading Commission (CFTC) mencatat, posisi beli (long) untuk minyak pada pekan ini mencapai 399.935 kontrak. Bertambah 16.219 dibanding pekan sebelumnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Pasokan Libya Bikin Panas Harga Minyak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular