
Simak! 10 Saham yang Ngamuk & Boncos Sepekan, Ada yang 70%

Top gainers sepekan dipimpin oleh MNC Land (KPIG). Hal ini terjadi setelah pemerintah melalui Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) menyetujui pembentukan kawasan ekonomi baru yakni KEK Lido di Provinsi Jawa Barat.
KEK Lido memang merupakan megaproyek Hary Tanoesudibjo yang akan dibangun oleh KPIG, serta dioperasikan oleh PT MNC Studios International Tbk (MSIN) sebagai kawasan pariwisata dan produksi film. Proyek ini dikabarkan akan dinamakan Movieland yang berlokasi di kawasan MNC Lido City.
Berikutnya ada saham PT Bank Net Indonesia Syariah Tbk (BANK). Pada Jumat lalu, BEI membuka kembali penghentian sementara (suspensi) saham dan Waran Seri I Bank Net Indonesia Syariah (BANK & BANK-W) mulai sesi I.
Data BEI mencatat, saham BANK langsung kena auto reject bawah (ARB) dengan penurunan hingga 6,70% di level Rp 1.045/saham di sesi I Jumat dengan nilai transaksi Rp 6,20 miliar dan volume perdagangan 5,76 juta saham. Tapi di akhir perdagangan, saham BANK ditutup naik 1,34% di level Rp 1.135/saham.
Adapun saham Bank Net Syariah disuspensi dalam 2 hari yakni pada 17 dan 18 Februari lalu lantaran harga sahamnya melesat signifikan
Berikut lima besar top losers sepekan
5 Top Gainers (15-19 Februari)
1. Widodo Makmur (WMUU), saham -19,17% Rp 194, transaksi Rp 192 M
2. Bumi Resources (BUMI), -10,77% Rp 58, transaksi Rp 125 M
3. Wijaya Karya (WIKA), -8,86% Rp 1.800, transaksi rp 470 M
4. Putra Rajawali (PURA), -8,85% Rp 103, transaksi Rp 313
5. XL Axiata (EXCL), -8,55% Rp 2.140, transaksi Rp 586 M
Harga saham perusahaan peternakan, Widodo Makmur Unggas (WMUU) yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia pada Selasa (2/2/2021) belum pulih. Sebelumnya WMUU resmi mencatatkan saham perdana di BEI Selasa (2/2/2021). Perseroan menjadi emiten ke-6 di tahun ini dan dicatatkan di papan utama bursa. WMUU melepas sebanyak 15% saham ke publik, diturunkan dari sebelumnya sebesar 35%.
WMUU resmi melakukan IPO sebanyak 1.941.176.500 saham biasa atau 1,94 miliar saham (15% saham) dengan harga perdana Rp 180/saham sehingga meraih dana IPO Rp 349,4 miliar.
Berikutnya kinerja XL Axiata (EXCL) yang turun membuat sahamnya terperosok. EXCL melaporkan laba bersih perusahaan sepanjang tahun lalu turun signifikan sebesar 47,85% ke Rp 371,59 miliar dari nilai laba bersih di periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 712,57 miliar.
Padahal pada periode ini pendapatan EXCL naik meski tipis sebesar 3,48% menjadi senilai Rp 26,01 triliun, dari pendapatan perusahaan di akhir 2019 yang senilai Rp 25,13 triliun.
Di sisi lain, satu saham konstruksi yang merosot yakni Wijaya Karya (WIKA).
Namun analis menilai saham emiten sektor konstruksi masih layak untuk dikoleksi investor di tengah sentimen negatif utang yang 'segunung'. Hal itu lantaran utang dari emiten konstruksi disebabkan banyaknya proyek yang harus dikerjakan dalam beberapa tahun terakhir.
Mino, Analis Indo Premier Sekuritas mengatakan debt to equity ratio (DER) dari emiten konstruksi tidak menjadi masalah. Tahun ini, dengan hadirnya lembaga pengelola investasi atau sovereign wealth fund (SWF), yang bernama Indonesia Investment Authority (INA) di sektor infrastruktur bakal menjadi angin segar untuk emiten konstruksi.
"Tahun ini dengan hadirnya SWF, ini juga salah satu solusi ya buat perusahaan konstruksi, agar DER bisa diturunkan," ungkapnya dalam InvesTime CNBC Indonesia.
(tas/tas)[Gambas:Video CNBC]
