Simak! 10 Saham yang Ngamuk & Boncos Sepekan, Ada yang 70%

tahir saleh, CNBC Indonesia
22 February 2021 06:34
Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik 0,51% di level 6.231,93 pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (19/2/2021) sehingga dalam sepekan indeks acuan Bursa Efek Indonesia (BEI) ini hanya naik 0,15%.

Dalam 5 hari perdagangan, bursa kebanggaan Tanah Air ini menguat tiga kali.

Data perdagangan mencatat investor asing melakukan aksi jual bersih senilai Rp 556 miliar di pasar reguler sepekan lalu dengan nilai transaksi sebesar Rp 63,44 triliun. Nilai transaksi tersebut terbilang kecil dibandingkan beberapa pekan terakhir, apalagi saat di dalam negeri ramai sentimen.

Bila dibandingkan bursa Asia lainnya, kinerja IHSG cukup bagus, sebab bursa saham Singapura, Malaysia, dan Thailand melemah sepanjang pekan lalu masing-masing -1,53%, -0,91%, dan -,52%.

Adapun bursa utama Asia, seperti Nikkei, Shanghai Composite, Hang Seng, dan Kospi menguat cukup tajam masing-masing 1,12%, 1,56%, dan 0,23%.

Sentimen utama selain relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sektor otomotif yang akan mulai berlaku pada 1 Maret mendatang ialah kebijakan dari Bank Indonesia (BI).

Kamis lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo dan kolega memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 17-18 Februari 2021 memutuskan untuk menurunkan BI 7 Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga lending facility sebesar 4,25%," kata Perry usai RDG, Kamis (18/2/2021).

Selain itu, BI melonggarkan aturan Loan to Value (LTV) untuk kredit kendaraan bermotor yang menggunakan fasilitas bank. "Melonggarkan ketentuan Uang Muka Kredit/Pembiayaan Kendaraan Bermotor menjadi paling sedikit 0% untuk semua jenis kendaraan bermotor baru," kata Perry.

Hanya saja, sentimen ini tak langsung membuat saham otomotif masuk lima besar top gainers sepekan. Lima besar justru didominasi saham bank, dan ada juga properti tapi lebih pada proyek prestisius Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

5 Top Gainers (15-19 Februari)

1. MNC Land (KPIG), saham +69,61% Rp 173, transaksi Rp 292 M

2. Bank Net Syariah (BANK), +56,55% Rp 1.135, transaksi Rp 513 M

3. Mahaka Radio (MARI), +45,76% Rp 172, transaksi Rp 235 M

4. Digital Mediatama (DMMX), +29,38% Rp 414, transaksi Rp 275 M

5. Bank MNC (BABP), +24% Rp 62, transaksi Rp 135 M

NEXT: Deretan Top Losers

Top gainers sepekan dipimpin oleh MNC Land (KPIG). Hal ini terjadi setelah pemerintah melalui Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) menyetujui pembentukan kawasan ekonomi baru yakni KEK Lido di Provinsi Jawa Barat.

KEK Lido memang merupakan megaproyek Hary Tanoesudibjo yang akan dibangun oleh KPIG, serta dioperasikan oleh PT MNC Studios International Tbk (MSIN) sebagai kawasan pariwisata dan produksi film. Proyek ini dikabarkan akan dinamakan Movieland yang berlokasi di kawasan MNC Lido City.

Berikutnya ada saham PT Bank Net Indonesia Syariah Tbk (BANK). Pada Jumat lalu, BEI membuka kembali penghentian sementara (suspensi) saham dan Waran Seri I Bank Net Indonesia Syariah (BANK & BANK-W) mulai sesi I.

Data BEI mencatat, saham BANK langsung kena auto reject bawah (ARB) dengan penurunan hingga 6,70% di level Rp 1.045/saham di sesi I Jumat dengan nilai transaksi Rp 6,20 miliar dan volume perdagangan 5,76 juta saham. Tapi di akhir perdagangan, saham BANK ditutup naik 1,34% di level Rp 1.135/saham.

Adapun saham Bank Net Syariah disuspensi dalam 2 hari yakni pada 17 dan 18 Februari lalu lantaran harga sahamnya melesat signifikan

Berikut lima besar top losers sepekan

5 Top Gainers (15-19 Februari)

1. Widodo Makmur (WMUU), saham -19,17% Rp 194, transaksi Rp 192 M

2. Bumi Resources (BUMI), -10,77% Rp 58, transaksi Rp 125 M

3. Wijaya Karya (WIKA), -8,86% Rp 1.800, transaksi rp 470 M

4. Putra Rajawali (PURA), -8,85% Rp 103, transaksi Rp 313

5. XL Axiata (EXCL), -8,55% Rp 2.140, transaksi Rp 586 M

Harga saham perusahaan peternakan, Widodo Makmur Unggas (WMUU) yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia pada Selasa (2/2/2021) belum pulih. Sebelumnya WMUU resmi mencatatkan saham perdana di BEI Selasa (2/2/2021). Perseroan menjadi emiten ke-6 di tahun ini dan dicatatkan di papan utama bursa. WMUU melepas sebanyak 15% saham ke publik, diturunkan dari sebelumnya sebesar 35%.

WMUU resmi melakukan IPO sebanyak 1.941.176.500 saham biasa atau 1,94 miliar saham (15% saham) dengan harga perdana Rp 180/saham sehingga meraih dana IPO Rp 349,4 miliar.

Berikutnya kinerja XL Axiata (EXCL) yang turun membuat sahamnya terperosok. EXCL melaporkan laba bersih perusahaan sepanjang tahun lalu turun signifikan sebesar 47,85% ke Rp 371,59 miliar dari nilai laba bersih di periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 712,57 miliar.

Padahal pada periode ini pendapatan EXCL naik meski tipis sebesar 3,48% menjadi senilai Rp 26,01 triliun, dari pendapatan perusahaan di akhir 2019 yang senilai Rp 25,13 triliun.

Di sisi lain, satu saham konstruksi yang merosot yakni Wijaya Karya (WIKA). 

Namun analis menilai saham emiten sektor konstruksi masih layak untuk dikoleksi investor di tengah sentimen negatif utang yang 'segunung'. Hal itu lantaran utang dari emiten konstruksi disebabkan banyaknya proyek yang harus dikerjakan dalam beberapa tahun terakhir.

Mino, Analis Indo Premier Sekuritas mengatakan debt to equity ratio (DER) dari emiten konstruksi tidak menjadi masalah. Tahun ini, dengan hadirnya lembaga pengelola investasi atau sovereign wealth fund (SWF), yang bernama Indonesia Investment Authority (INA) di sektor infrastruktur bakal menjadi angin segar untuk emiten konstruksi.

"Tahun ini dengan hadirnya SWF, ini juga salah satu solusi ya buat perusahaan konstruksi, agar DER bisa diturunkan," ungkapnya dalam InvesTime CNBC Indonesia.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular