Surplus Current Account Menipis, Rupiah Meringis

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 February 2021 12:50
Ilustrasi Rupiah dan Dolar di Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (19/2/2021) setelah rilis data yang menunjukkan surplus transaksi berjalan yang menyempit.

Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung melemah 0,14% ke Rp 14.030/US$ berdasarkan data Refinitiv. Tak sempat merasakan zona hijau, pelemahan rupiah membengkak hingga 0,54% ke Rp 14.085/US$. Posisi rupiah sedikit membaik, berada di level Rp 14.060/US$ pada pukul 12:00 WIB.

Peluang rupiah untuk bangkit di sisa perdagangan hari ini juga sangat tipis. Hal tersebut tercermin dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) siang ini yang lebih lemah ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.

PeriodeKurs Pukul 8:54 WIBKurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp14.067,50Rp14.107,5
1 BulanRp14.092,00Rp14.140,0
2 BulanRp14.155,50Rp14.196,0
3 BulanRp14.206,50Rp14.260,5
6 BulanRp14.377,50Rp14.405,0
9 BulanRp14.546,00Rp14.575,0
1 TahunRp14.710,00Rp14.760,0
2 TahunRp15.402,00Rp15.460,0

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Rupiah mengalami tekanan setelah Bank Indonesia (BI) merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). kuartal IV-2020 sekaligus keseluruhan 2020. NPI terdiri dari 2 pos yakni transaksi berjalan dan transaksi modal & finansial.

Pada kuartal IV-2020, transaksi berjalan (current account) membukukan surplus US$ 0,8 miliar atau setara 0,3% dari Produk Domestik Bruto. Lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu surplus US$ 1 miliar atau 0,4% PDB.

Penurunan surplus transaksi berjalan yang berperan besar dalam mempengaruhi pergerakan rupiah, sebab menggambarkan arus devisa yang lebih stabil. Kala transaksi berjalan surplus, maka rupiah punya modal untuk menguat, begitu juga sebaliknya ketika defisit akan menjadi sentimen negatif bagi Mata Uang Garuda.

Namun, penurunan tersebut sebenarnya sudah diprediksi, ketika perekonomian Indonesia mulai pulih dan impor mulai deras, maka surplus akan terpangkas bahkan bisa kembali mengalami defisit.

BI sendiri memprediksi di than 2021 transaksi berjalan akan kembali mengalami defisit 1,2% dari PDB.

Sementara transaksi modal dan finansial mencatat defisit US$ 0,9. Dengan demikian, NPI pada kuartal IV-2020 dalam posisi defisit US$ 0,2 miliar. Memburuk dibandingkan kuartal sebelumnya yang surplus US$ 2,1 miliar.

Untuk keseluruhan 2020, transaksi berjalan masih defisit US$ 4,7 atau 0,4% PDB. Membaik dibandingkan 2019 yang defisit US$ 30,4 miliar (2,72% PDB).

Kemudian transaksi modal dan finansial sepanjang tahun lalu surplus US$ 7,9 miliar. Hasilnya, NPI 2020 positif US$ 2,6 miliar, turun ketimbang 2019 yang surplus US$ 4,7 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article The Fed Tetap Tegas, Rupiah Tetap Liar!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular