
Lagi dan Lagi, Harga Drop, Batu Bara Jadi Bulan-bulanan Pasar

Jakarta, CNBC Indonesia - Pesona batu bara kian memudar. Harga si batu hitam terus tertekan. Tidak seperti sebelum-sebelumnya, harga batu bara kini terus mengalami koreksi.
Pada perdagangan kemarin, Kamis (18/2/2021), harga kontrak futures (berjangka) batu bara ICE Newcastle anjlok lagi. Koreksinya juga lumayan dalam. Hanya dalam sehari harga batu bara drop 2% ke US$ 77,65/ton.
Pemberhentian selanjutnya untuk harga batu bara adalah di level US$ 75/ton. Kendati mengalami tekanan hebat di minggu kedua Februari, prospek harga batu bara tahun ini dinilai masih lebih cerah dibandingkan dengan tahun lalu.
Harga batu bara China yang mulai kalem menjadi salah satu sentimen yang membuat batu bara Newcastle drop. Setelah menderita karena pasokan listrik yang dibatasi. Pemerintah Negeri Panda terus berupaya untuk mendongkrak produksi yang tertekan saat pandemi.
Selain itu pemerintah juga merelaksasi kebijakan impornya guna memenuhi kebutuhan batu bara domestik yang meningkat tetapi tidak diimbangi dengan output yang memadai.
Untuk tahun ini, Asia masih menjadi penopang utama permintaan batu bara. Berbeda dengan AS dan Eropa yang terus mendorong peralihan sumber energi primer ke arah yang lebih ramah lingkungan, permintaan batu bara di kawasan Asia Pasifik masih lebih kuat.
Namun bukan berarti negara-negara di Asia tidak berupaya untuk mulai beralih ke sumber energi dengan emisi karbon lebih rendah lho ya. China dan India juga punya masterplan untuk ke arah sana.
Pangsa batu bara China sebenarnya sudah mulai tergerus. Namun secara volume masih terjadi peningkatan akibat aktivitas ekonomi yang terus bertumbuh. Kedekatan dagang China dengan Indonesia menguntungkan para penambang batu bara Tanah Air.
Apalagi hubungan Australia dengan China juga sedang retak. Orderan impor batu bara China akan lebih banyak datang ke Indonesia. Harga jual rata-rata batu bara para penambang lokal kemungkinan akan lebih tinggi pada kuartal I tahun ini dibanding kuartal pertama tahun lalu.
Ini menjadi salah satu katalis positif untuk kinerja keuangan emiten batu bara nasional. Hanya saja terkait dengan profitabilitas, tentunya akan sangat tergantung pada manajemen perusahaan tambang untuk meningkatkan efisiensi biaya operasionalnya.
Meskipun rata-rata harga jual batu bara kemungkinannya naik. Namun cash cost bagi para penambang juga berpotensi naik karena disertai dengan peningkatan harga minyak yang merupakan bahan bakar untuk pengangkutan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Top! Tak Kapok Cetak Rekor, Harga Batu Bara Tembus US$ 61/Ton