Tutup Perbatasan RI & India, Ekonomi Singapura Terancam Jatuh

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
19 February 2021 12:31
A tourist boat passes by the Marina Bay Sands, Singapore's casino resort, Monday June 13, 2011 in Singapore. Singapore's central bank said last week a survey of analysts shows the economy will likely grow 6.2 percent this year, more than the previous estimate. (AP Photo/Wong Maye-E)
Foto: Marina Bay Sands (AP Photo/Wong Maye-E)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana penutupan perbatasan Singapura untuk Indonesia dan India rupanya akan menggoyangkan ekonomi negara tersebut. Hal ini disampaikan oleh Menteri Senior Negara Kesehatan, Dr Koh Poh Koon kepada Parlemen Singapura.

Menurut Koh, melarang pelancong dari India dan Indonesia akan berdampak pada kehidupan dan mata pencaharian banyak orang di Singapura, serta menyebabkan perlambatan ekonomi.

Daripada menutup perbatasan bagi kedua negara sepenuhnya, Koh mengatakan Singapura perlu mengadopsi pendekatan manajemen risiko terhadap arus masuk para pelancong tersebut.

Koh mengatakan Singapura membutuhkan arus masuk pekerja migran yang berkelanjutan untuk mendukung sektor ekonomi utama. Mereka termasuk pekerja konstruksi yang membangun rumah dan infrastruktur penting, serta pekerja rumah tangga yang mendukung kebutuhan pengasuhan.

"Banyak pekerja tersebut berasal dari India dan Indonesia," katanya seperti dikutip The Strait Times, Kamis (18/2/2021).

"Konektivitas internasional sangat penting bagi ekonomi dan kelangsungan hidup kita. Singapura tidak mampu menutup diri sepenuhnya dari dunia luar."

Selain itu, Koh mengatakan pekerja migran dan pengunjung harus menjalani tindakan pencegahan yang ketat, termasuk tes pra-keberangkatan, tes pada saat kedatangan dan pemberitahuan tinggal di rumah (SHN) selama 14 hari di fasilitas khusus.

Mereka juga diuji lagi sebelum menyelesaikan SHN. Jika mereka negatif Covid-19, mereka akan diizinkan meninggalkan fasilitas.

Sebagai tindakan pencegahan tambahan, izin kerja yang baru tiba dan pekerja S Pass di sektor konstruksi, kelautan, dan proses (CMP) harus tunduk pada aturan isolasi dan pengujian 7 hari tambahan di fasilitas yang ditentukan setelah SHN 14 hari mereka.

Pekerja di sektor penerbangan, maritim, dan CMP juga perlu menjalani pengujian rutin setidaknya sekali setiap 14 hari. Ini adalah satu lagi garis pertahanan untuk mendeteksi infeksi di asrama dan tempat kerja berisiko tinggi sejak dini, tambah Koh.

"Ketika situasi global berkembang, gugus tugas multi-kementerian akan terus meninjau langkah-langkah perbatasan kami untuk mencapai keseimbangan antara pertimbangan kesehatan masyarakat dan kebutuhan masyarakat dan ekonomi kami," paparnya.

Sebagai informasi, baik Indonesia dan India memiliki banyak kasus positif virus corona. Menurut data Worldometers per Kamis (18/2/2021), Indonesia memiliki 1.252.685 kasus positif dengan 33.969 kematian. Sementara India memiliki 10.950.201 kasus positif dan 156.038 kematian.


(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca Libur Waisak Hari Ini, Harga CPO Siap Bangkit?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular