Harum Energy Targetkan Produksi Batu Bara Naik 30% di 2021

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
18 February 2021 13:10
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertambangan di sektor batu bara sempat terpuruk pada 2020 lalu. Namun seiring dengan naiknya harga batu bara, tahun ini diproyeksikan bisnis batu bara akan kembali cerah, tak terkecuali bagi PT Harum Energy Tbk (HRUM).

PT Harum Energy Tbk menargetkan produksi batu bara pada 2021 ini naik 30% dibandingkan produksi pada 2020 lalu.

Hal itu disebutkan Direktur Utama Harum Energy Ray A. Gunara saat wawancara dengan CNBC Indonesia, Rabu (17/02/2021).

"Tahun 2020 sebenarnya bukan merupakan tahun baik bagi industri batu bara. Batu bara lemah sepanjang tahun, namun menjelang akhir tahun meningkat lagi. Kalau situasi ini bisa berlanjut, kami optimis kinerja 2021 bisa lebih baik, produksi 30% lebih tinggi dari tahun 2020," paparnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Rabu (17/02/2021).

Naiknya target produksi sampai dengan 30% tahun ini menurutnya juga akan berdampak pada peningkatan pendapatan sebesar 30%.

Dia mengatakan, jika produksi bisa ditingkatkan 30% dari tahun lalu, maka diharapkan pendapatan bisa kembali setidaknya mirip dengan pencapaian pada 2019 sekitar US$ 200-250 juta.

"Untuk bottom line (laba) tergantung harga, tapi kita harapkan lebih baik," paparnya optimis.

Lebih lanjut dia mengatakan, alokasi belanja modal tahun ini akan berada di sekitar US$ 7 juta khusus untuk batu bara. Belanja modal ini dialokasikan untuk perawatan infrastruktur yang ada.

"Capex (capital expenditure/ belanja modal) di batu bara tidak besar, tahun ini hanya US$ 7 juta," ujarnya.

Seperti diketahui, pada 2019 perusahaan mencatatkan total pendapatan US$ 282,6 juta, di mana kontribusi dari pertambangan sebesar US$ 254,6 juta dengan volume penjualan batu bara sebesar 4,1 juta ton dan produksi batu bara 3,7 juta ton.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Widih! Pagi Ini, Saham HRUM Mencetak Rekor Tertinggi Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular