
Belum Ada Kepastian Suku Bunga, IHSG Masih Mager Sesi 2

Jakarta, CNBC Indonesia-Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menghijau 0,35% ke 6.249,58 pada perdagangan sesi pertama Kamis (18/2/21) jelang hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang akan menentukan suku bunga acuan BI.
Nilai transaksi hari ini sebesar sebesar Rp 6,5 triliun tergolong kecil apabila dibandingkan dengan rata-rata transaksi bulan Januari dan terpantau investor asing membeli bersih Rp 320 miliar di pasar reguler. Sebanyak 225 saham terapresiasi, 230 terkoreksi, sisanya 158 stagnan.
Dari dalam negeri, sentimen yang akan datang pada hari ini adalah hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG-BI) terkait keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI) untuk periode Februari 2021.
Pelaku pasar memperkirakan Gubernur Perry Warijyo dan kolega akan menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate. Jika terwujud, maka akan menjadi pemangkasan pertama sejak November 2020.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan angka median 3,5% untuk suku bunga acuan bulan ini. Artinya, ada pemotongan 25 basis poin (bps) dari posisi saat ini.
Pekan lalu, Gubernur Perry sudah memberikan kode keras soal potensi penurunan suku bunga acuan. Dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR, Perry kecewa dengan performa perekonomian Indonesia yang tidak sebaik perkiraan.
"Sejujurnya ini di bawah ekspektasi. Memang arahnya ada perbaikan, tetapi tidak secepat yang kami perkirakan," tutur Perry, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Analisis Teknikal
![]() IHSG |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas tengah dengan BB yang kembali menyempit maka pergerakan IHSG selanjutnya cenderung sideways.
Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 6.312. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 6.221.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 50 yang belum menunjukkan adanya indikator jenuh beli ataupun jenuh jual sehingga pergerakan indeks cenderung netral alias sideways.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB di batas tengah dan mulai menyempit, maka pergerakan selanjutnya cenderung terbatas. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator RSI yang netral.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500