Semua Mata Tertuju ke BI, Bagaimana Pasar Hari Ini?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
18 February 2021 06:12
Emiten Wall Street. AP
Foto: Emiten Wall Street. AP

Beralih ke Negeri Paman Sam, bursa saham Wall Street ditutup beragam cenderung melemah pada perdagangan Rabu (17/2/2021) waktu setempat, setelah rilis hasil rapat dari Federal Open Market Committee (FOMC) terkait kebijakan suku bung acuan Federal Reserve (The Fed) periode Januari 2021.

Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 90,27 poin atau 0,29% ke level 31.613,02. Sedangkan S&P 500 ditutup melemah 1,26 poin atau terkoreksi tipis 0,03% ke level 3.931,33 dan Nasdaq Composite turun 82 poin atau terpangkas 0,58% ke 13.965,50.

Saham teknologi lagi-lagi menjadi pemberat S&P 500 dan Nasdaq, di mana saham Apple Inc, PayPal Holdings Inc dan Nvidia Corp membebani kedua indeks tersebut.

Namun pelemahan S&P 500 dapat dibendung oleh kenaikan saham energi, karena penghentian produksi minyak Texas mendorong kenaikan harga minyak mentah.

Saham Verizon menjadi pencetak reli tertinggi dengan melesat 3,8% setelah Berkshire Hathaway mengumumkan kepemilikan di raksasa telekomunikasi tersebut. Perusahaan milik triliuner Warren Buffett merogoh kocek lebih dari US$ 8 miliar di kuartal IV-2020.

Di sisi lain, saham Chevron menguat 2% setelah Berkshire juga mempublikasikan fakta bahwa pihaknya menambah kepemilikan saham di perusahaan energi tersebut pada kuartal kemarin.

Pemerintah AS merilis data penjualan ritel per Januari melesat 5,3%, atau jauh lebih tinggi dari ekspektasi ekonom dalam survey Dow Jones yang memprediksi penjualan ritel akan naik 1,2%, setelah melemah 0,7% pada Desember.

Tanda adanya tekanan harga muncul dari pembalikan ekonomi yang memicu pencairan stimulus fiskal dan moneter.

Departemen Perdagangan mengumumkan indeks harga produsen, yang mencerminkan harga yang diterima produsen dari barang dan jasa, naik 1,3% pada Januari, tertinggi sejak Desember 2009.

Sementara itu, semua peserta rapat di FOMC mendukung keputusan untuk tetap mempertahankan kebijakan moneter yang akomodatif.

The Fed telah berjanji untuk mempersempit suku bunga hingga mendekati level nol sampai inflasi naik menjadi 2% dan tampaknya akan melebihi tujuan itu.

"Pasar secara akurat mencerminkan kombinasi suku bunga rendah yang berkelanjutan dan akomodatif" kata Oliver Pursche, President of Bronson Meadows Capital Management di Fairfield, Connecticut.

Namun sikap akomodatif The Fed, ditambah dengan usulan paket stimulus senilai US$ 1,9 triliun dari Presiden Joe Biden untuk bantuan pandemi, membuat beberapa analis memperingatkan akan datangnya lonjakan inflasi.

Akibatnya, beberapa investor khawatir bahwa Fed mungkin harus mengubah arah lebih cepat dari yang diharapkan.

Kekhawatiran tersebut telah didukung oleh kenaikan tajam dari imbal hasil (yield) obligasi acuan (benchmark) AS (Treasury) yang telah berkontribusi pada penurunan pasar baru-baru ini, dengan investor mengambil keuntungan dari saham teknologi di pasar.

"Tekanan inflasi dapat memaksa the Fed untuk merevisi kebijakannya di masa depan", kata Michael O'Rourke, Chief Market Strategist JonesTrading di Stamford, Connecticut. Dia menambahkan, "Ini adalah ambang batas tinggi yang harus kita lewati agar mereka bereaksi."

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular